Summary : Seandainya Sora tidak meninggal, apa yang akan terjadi kemudian? Apakah Sora tidak akan mengaku bahwa dia bukan pangeran puding? Bagaimana dengan Daichi dan Seiya Mizuno? Apakah Najika akan tetap menyukai Sora?
Another Destiny
" Jika final sudah selesai, aku akan mengatakan perasaanku dengan jelas."
" Bagiku, Najika adalah sosok anak perempuan yang special"
Kata-kata Sora itu selalu terngiang dalam kepala Najika. Setiap kali Najika mengingatnya, wajahnya pasti akan langsung memerah dan tidak bisa berhenti tersenyum.
"Kak Sora, aku sangat menyukainya," batin Najika. Bibirnya tidak henti menyunggingkan senyum.
Hari itu adalah hari seleksi tahap akhir. Najika Kazami sudah bersiap untuk mengikutinya. Suasana hatinya tampak sedang gembira.
Jika dia menang dalam seleksi ini, maka dia akan berhak untuk mengikuti kontes membuat kue se-dunia, kontes yang seharusnya diikuti oleh kedua orangtuanya. Dan yang paling penting, jika dia menang, maka Sora akan mengatakan perasaannya pada Najika. Najika akan tersenyum malu jika mengingat ini.
" Najika, tidak ada yang ketinggalan, kan?" Teriak Fujita.
" Ya. Persiapan sudah lengkap, tinggal berusaha sekuat tenaga," jawab Najika.
" Kerjakan dengan sungguh-sungguh! Setelah itu kita lihat hasilnya, ya," ujar Fujita sambil mengacungkan jempol pada Najika.
" Ya!"
Najika sudah hendak pergi ketika Fujita kembali memanggilnya sambil membawa telepon.
" Najika, tunggu! Ada telepon dari Sora."
' Kak Sora'
"' Ha—halo?"
" Ah, Najika?" Dari seberang terdengar suara Sora. Najika merasa wajahnya memerah.
" Kak Sora, Ada apa sepagi ini?" Tanya Najika.
" Aku dapat berita kalau kita dapat Vanilla Essens dari Madagaskar. Najika bilang akan membuat puding di seleksi akhir, kan? Sekarang aku mau mengambil Vanilla di penjualnya. Aku akan mengusahakan agar tepat waktu sebelum pertandingan dimulai. Kita bertemu di depan lokasi kontes ya?" Kata Sora.
" Kak Sora sengaja mencarikan untukku?" Tanya Najika lagi.
Entah mengapa, Najika bisa merasakan bahwa Sora sedang tersenyum di seberang sana.
" Biar begini, aku ingin bisa berguna untukmu. Hari ini berusahalah," kata Sora.
Kemudian sambungan telepon terputus. Najika tidak bisa berhenti tersenyum setelah itu.
" Pak Fujita, aku berangkat dulu, ya!" Pamitnya dengan semangat.
. . .
" Ini barangnya. Hati-hati membawanya, ya."
" Terima kasih." Sora menerima kiriman paket berisi Vanilla Essens itu kemudian dia segera beranjak pergi dari tempat itu.
Sora melihat jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan. " Wah, aku harus cepat," pikir Sora. " Najika pasti sudah menunggu.
Sora melintasi jalan raya yang tampak sangat ramai. Banyak orang berkerumun disitu. Sepertinya jalan itu sedang ditutup karena ada sesuatu. Terlihat juga para polisi yang sedang menjaga jalan itu. Sora juga mendengar ada bunyi ambulans yang mendekat.
" Maaf, ada apa ini?" Tanya Sora pada seorang wanita setengah baya didekatnya.
" Baru saja terjadi kecelakaan. Seorang pemuda tertabrak truk yang sedang melintas," jawab wanita itu.
" Oh, begitu. Terima kasih informasinya." Sora tersenyum pada wanita itu.
" Hmm…Aku harus melewati jalan ini untuk bisa mencapai tempat kontes Najika, tapi sekarang jalannya ditutup. Sepertinya aku akan terlambat," pikir Sora.
Kemudian Sora mengambil telepon genggamnya dan memutuskan untuk menghubungu Daichi.
" Halo?" Terdengar suara Daichi dari seberang telepon.
" Halo, Daichi, apa kau sedang berada di tempat kontes Najika?" Tanya Sora.
" Tidak. Aku baru saja akan menuju kesana bersama Akane. Memang kenapa?"
" Eh—begini, tadi aku meminta Najika untuk menungguku di depan lokasi kontes. Aku berjanji akan membawakannya Vanilla Essens, tapi sepertinya aku tidak bisa datang tepat waktu. Ada kecelakaan di jalan menuju kesana dan aku belum bisa lewat. Tolong nanti sampaikan pada Najika, tidak perlu menungguku. Biar dia mengikuti kontesnya dulu. Sampaikan juga kalau aku pasti akan datang," jelas Sora.
Daichi terdiam sesaat sebelum menjawab, " Baiklah."
" Terima kasih, Daichi," kata Sora sebelum menutup telepon.
. . .
" Najika!" Panggil Akane ketika dia sudah melihat Najika.
Najika menoleh ke sumber suara dan melihat Akane melambaikan tangan ke arahnya. Najika tersenyum dan balas melambaikan tangan.
" Kau sedang menunggu siapa, Najika? Kenapa belum masuk? Bukankah sebentar lagi kontesnya akan dimulai?" Tanya Akane.
" Oh, aku sedang menunggu kak Sora. Dia akan membawakan Vanilla Essens untuk pudingku," jawab Najika.
" Tidak perlu menunggunya, Najika," kata Daichi tiba-tiba. Najika dan Akane mengernyit bingung pada Daichi.
" Tadi kakak meneleponku. Dia bilang terjadi kecelakaan, jadi dia tidak bisa datang tepat waktu. Dia a—"
" Apa? Kecelakaan? Lalu, apakah kak Sora baik-baik saja? Apa dia terluka? Apa yang terjadi padanya?" Tuntut Najika dengan histeris. Akane menatapnya dengan geli.
" Hmmph—Tenanglah Najika. Kakak tidak apa-apa. Bukan dia yang kecelakaan. Ada kecelakaan di jalan menuju kemari, jadi dia belum bisa lewat jalan itu. Dia memintaku untuk menyampaikan padamu kalau lebih baik kau masuk dan mengikuti kontes dulu. Kakak akan menyusul nanti," ujar Daichi.
" Oh, begitu," kata Najika malu-malu.
" Baiklah kalau begitu. Aku masuk dulu, ya. Kalian duduklah di bangku penonton," ujar Najika.
" Ya. Berjuanglah, Najika," ujar Akane. Dia mengacungkan kedua jempolnya pada Najika. Najika membalasnya dengan tersenyum.
" Semoga berhasil." Daichi mengucapkannya dengan malu-malu.
" Ya! Aku akan berjuang!" Seru Najika dengan semangat. " Kalian lihat saja, aku pasti menang!"
"Aku pasti menang, kak Sora. Kalau aku menang, jangan lupa katakan perasaan kak Sora padaku, ya," batin Najika sambil tersenyum.
.
.
.
To be continue…
link on FFN : Another Destiny - 1
13 Oktober 2010,
Felicia Rena
Tidak ada komentar:
Posting Komentar