Welcome to Felicia Rena's World. I hope you like this world. Thanx for visiting...

Soulmate - 2

Disclaimer : semua karakter milik Stephenie Meyer. I don’t own here.

Pairing : Edward x Tanya

Summary : Kehidupan Edward sebelum bertemu dengan Bella. Sebelumnya, Edward selalu hidup dalam kesendirian. Apakah anggota keluarga Cullen yang lain membiarkan Edward begitu saja dalam kesendiriannya?

A/N : Fic ini akan lebih fokus pada Edward x Tanya. Bella belum lahir pada jaman ini. Edward baru akan bertemu Bella beberapa puluh tahun lagi. Aku tidak akan terlalu membahas mengenai Edward x Bella.


Soulmate
Tidak ada seorangpun yang tahu apa yang terjadi di kemudian hari.

Edward POV

“Kenalkan. Ini Tanya, Kate dan Irina.”

Sementara Carmen sibuk memperkenalkan Tanya, Kate dan Irina, aku justru sibuk memandang ke arah lain. Aku sama sekali tidak merasa tertarik pada gadis-gadis vampire itu. Carmen sepertinya getol sekali memperkenalkan mereka. Kurasa Carlisle sudah memberitahunya tentang rencana menjodohkan salah satu dari mereka denganku. Hmmph…

Aku sama sekali tidak peduli pada kata-kata Carmen mengenai mereka, sampai sebuah suara muncul di kepalaku,

‘Apa dia tidak tertarik padaku?’

Aku sedikit mengangkat kepala ketika mendengar suara itu. Yang jelas suara itu berasal dari pikiran salah satu dari ketiga gadis vampire itu. Entah Tanya, Kate atau Irina. Aku belum tahu seperti apa suara mereka kan?

Kurasa percuma saja Carlisle berusaha menjodohkanku dengan siapapun. Aku tidak akan tertarik. Sama seperti saat dia berusaha menjodohkan Rosalie denganku.

‘Edward!’ Tegur suara Esme dalam kepalaku.

‘Apa?’ Aku balas bertanya tanpa suara dengan menelengkan kepalaku ke arahnya.

‘Sopanlah sedikit, Nak. Carmen sedang memperkenalkan mereka. Mereka sangat cantik bukan?’ Kata pikiran Esme.

Aku mendengus. Kurasa sebenarnya seorang vampire tidak memerlukan sopan santun. Kadang aku lelah harus selalu bersikap seperti manusia, atau yang sekarang kusebut dengan manusiawi. Lagipula, berapa kali harus kukatakan kalau aku memang tidak tertarik pada mereka?

“Tanya, Kate, Irina, mereka semua adalah Keluarga Cullen. Mereka akan tinggal bersama kita selama beberapa dekade,” jelas Carmen pada ketiga gadis vampire itu.

‘Baguslah. Aku masih punya waktu untuk mencoba menarik perhatiannya. Aku pasti berhasil membuatnya tertarik padaku.’

Lagi-lagi aku mendengar suara dari pikiran entah-gadis-yang-mana-dari-ketiga-gadis-vampire-itu. Aku tersenyum sinis dan memutar bola mataku mendengarnya.

“Bagaimana kalau kita persilakan tamu-tamu kita, atau keluarga baru kita untuk masuk ke dalam?” Usul Eleazar. Kemudian dia mempersilakan aku dan keluargaku untuk masuk ke dalam rumahnya. Aku mendengus lagi saat dia menyebut keluarga baru. Kurasa kata itu memiliki arti tersirat lain.

Esme menyentuh lenganku dengan lembut dan menggandengku masuk ke rumah keluarga Denali. Rumah mereka tidak terlalu besar, tapi tampak sangat nyaman. Setelah kami berada di dalam rumah, Esme langsung mengobrol dengan Carmen. Emmett menggantikan posisi Esme berdiri di sebelahku, kemudian disusul Jasper di sisi yang lain. Rosalie dan Alice tampak sedang asyik ngobrol dengan Tanya, Kate dan Irina.

“Jadi? Yang mana yang kau pilih, Man?” Tanya Emmett kemudian sambil nyengir.

Aku meninju bahunya. “Diam! Atau akan kurobek lehermu itu,” desisku sambil memamerkan gigi-gigiku yang tajam. Emmett justru terkekeh mendengarnya.

“Hei…hei…aku hanya bertanya, Man. Well, kurasa Tanya sangat cantik. Yah, walaupun tidak lebih cantik dari Rosalie-ku,” ujar Emmett. Cengiran jahil masih terpasang di wajahnya. “Bagaimana menurutmu, Jasper?”
Jasper hanya mengangkat bahunya tanpa komentar. Emmett mendengus pelan.

“Jadi benar? Kalian semua sengaja setuju pindah kemari adalah untuk menjodohkanku dengan salah satu dari mereka?” Desisku berbahaya.

Emmett mengangkat kedua tangannya. “Hei…hei…tenang, Man. Kami hanya berusaha membantumu. Lagipula tidak ada salahnya mencoba bukan? Siapa tahu saja kau memang cocok dengan salah satu dari mereka.”

“Aku tidak butuh bantuan kalian,” ujarku ketus.

“Apa kau benar-benar mau kuhubungi biro jodoh untuk vampire?”

Aku tidak sabar lagi. Ingin sekali kuhantamkan tinju ke wajah Emmett yang tampak senang menggodaku. Tapi tiba-tiba, aku merasakan ketenangan menjalar di seluruh tubuhku.

“Jasper, kau kah itu?” Tanyaku pelan.

“Ya,” jawab Jasper singkat.

Aku menggelengkan kepalaku, berusaha berpikir dengan lebih jernih, sementara Emmett masih saja terkekeh di sebelahku. Kurasa dia benar-benar menikmati ini semua.

“Yang mana yang kau sukai, Edward?’ Tanyanya lagi.

“Aku sama sekali tidak menyukai mereka,” jawabku ketus.

“Aku setuju denganmu, Edward.” Rosalie tiba-tiba muncul di sebelahku. Wajahnya tampak sangat kesal.

“Whoa…Ada apa denganmu, Rose?” Tanya Emmett.

“Oh, aku hanya merasa bahwa aku tidak menyukai mereka bertiga,” ucap Rosalie kesal sambil mengedikkan kepalanya ke arah Tanya, Kate dan Irina yang masih mengobrol dengan Alice. Tanya—si gadis pirang stroberi sesekali mencuri pandang pada Rosalie.

“Apa yang mereka lakukan padamu, sayang?” Tanya Emmett sambil merangkul Rosalie.

“Kau dengar cara mereka bicara mengenai diri mereka? Terutama si gadis pirang stroberi itu. Menganggap dirinya yang paling sempurna rupanya, eh? Aku tidak menyukai cara mereka membanggakan diri mereka. Itu semua membuatku muak,” cibir Rosalie.

“Memang apa saja yang mereka katakan?” Tanya Emmett ingin tahu.

“Oh, coba saja kau dengar mereka bicara. Tidak ada makhluk lain yang secantik aku, bukan? Atau, Aku memiliki kekuatan yang langka. Yang kutahu hanya beberapa vampire yang memiliki bakat sepertiku,” Rosalie menirukan kata-kata para gadis vampire itu dengan persis. Emmett sedikit terkekeh, tapi langsung berhenti ketika mendapat tatapan marah dari Rosalie.

“Kau pikir itu lucu?” Tanya Rosalie pedas.

Aku memutar bola mataku melihat Rosalie dan Emmett. Rosalie tampaknya sudah siap berperang dengan Emmett yang sudah berani menertawainya.

“Tidak, bukan begitu, Rose. Hanya saja, aku heran ada yang bisa mengatakan bahwa dirinya yang paling cantik. Padahal terbukti bahwa ada yang lebih cantik lagi berdiri di hadapanku bukan?” Rayu Emmett. Kuduga, rayuannya tidak akan berhasil semudah itu pada Rosalie. Dia tidak mudah dirayu.

“Oh ya? Bukankah kau tadi juga menganggap bahwa Tanya sangat cantik, Emmett?” Tanya Rosalie dengan suara tajam berbahaya.

Emmett mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. “Dengarkan aku dulu, Rose. Tanya memang sangat cantik, tapi tetap tidak ada yang lebih cantik darimu, Rose.” Huh, dia masih saja bertahan dengan rayuannya. Kukatakan, itu tidak akan berhasil pada Rosalie. Lihat kan, Rosalie hanya mendengus mendengarnya.

“Jangan merayuku, Emmett. Aku tidak mudah dirayu,” kata Rosalie. Senyum mulai merekah di wajahnya. Emmett menyeringai lebar karena tahu rayuannya berhasil. Oh, tidak. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Tidak biasanya Rosalie takluk dengan mudah. Apalagi hanya dengan rayuan seperti itu.

Emmett merangkul Rosalie dan mengedipkan sebelah matanya padaku. Seringai lebar masih tertempel di wajahnya. Ingin sekali kutinju wajahnya yang menyebalkan itu.

“Kenapa daritadi kau hanya diam, Jasper?” Tanyaku.

“Tidak apa-apa, Edward. Aku hanya sedang berkonsentrasi menjaga suasana hatimu yang buruk hari ini,” jawab Jasper sambil tersenyum tipis. Aku tertawa kecil mendengarnya. Kurasa aku jauh lebih suka bicara pada Jasper daripada dengan Emmett.

“Aku tahu apa yang menjadi penyebabnya, Edward. Jangan khawatir. Carlisle dan Esme tidak berniat menjodohkanmu. Mereka hanya mencoba, siapa tahu saja kau cocok dengan salah satu dari tiga gadis vampire itu. Tapi Carlisle dan Esme tidak akan memaksamu untuk memilih salah satu dari mereka,” kata Jasper tenang.

“Begitukah? Aku hanya kurang yakin. Aku bisa membaca apa yanmg mereka pikirkan. Betapa mereka sungguh berharap aku akan memilih dan bersama dengan salah satu dari mereka,” kataku getir.

“Tenang saja, Edward. Carlisle dan Esme bukanlah tipe orangtua pemaksa kehendak. Bicarakan saja pada mereka, pasti mereka akan mengerti,” ujar Jasper.

“Bicarakan pada mereka? Dan melihat ekspresi kecewa mereka?” Aku mendengus.

“Oh ya, Edward. Bicara soal mereka, kurasa salah satu dari mereka tertarik padamu,” ujar Rosalie dengan nada sinis.

“Apa maksudmu, Rose?”

“Jangan bodoh, Edward. Apa kau akan mengira bahwa mereka tidak akan tertarik padamu? Oke, mungkin Kate dan Irina tidak. Tapi Tanya, gadis pirang stroberi yang sombong itu,” Rosalie mencibirkan bibirnya saat menyebut nama Tanya. “Dia menyukaimu.”

“Jangan bercanda, Rose. Itu sama sekali tidak lucu,” kataku.

“Aku tidak bercanda, Edward. Tidak bisakah kau melihat bagaimana dia menatapmu? Apa kau tidak menyadari bahwa dia sering mencuri pandang ke arahmu?” Ujar Rosalie sambil mengarahkan pandangan pada Tanya.

“Apa? Jadi dia memandangku? Kupikir dia memandangmu,” gumamku.

“Tentu saja dia memandangmu, bodoh. Untuk apa dia memandangku? Aku tidak tertarik pada wanita seperti dia. Sekarang jelas kan? Dia menyukaimu, Edward,” ujar Rosalie.

“Well, tunggu apalagi, Edward? Mangsa sudah menyerah,” kekeh Emmett. Aku melayangkan pandangan tajam ke arahnya, tapi itu tidak membuatnya berhenti terkekeh. Aku baru saja akan memulai pertarungan dengannya ketika aku merasa suasana hatiku menjadi lebih tenang. Sial, Jasper sudah menggunakan kekuatannya sebelum aku bisa menghajar Emmett.

“Aku tahu kau tidak menyukainya, Edward. Aku juga tidak suka kalau harus bersaudara dengan dia,” tukas Rosalie. “Tapi hati-hatilah, Edward. Kurasa dia cukup agresif.”

Setelah berkata seperti itu, Rosalie merangkul lengan Emmett yang masih terkekeh dan mengajaknya keluar rumah. Aku menatap kepergian mereka sampai suara Alice memecah lamunanku.

“Kurasa aku akan membawa Jasper untuk menyingkir sebentar. Sepertinya ada yang mau bicara denganmu, Edward.”

Aku menoleh dan melihat Alice sudah merangkul lengan Jasper sambil tersenyum dan mengajaknya pergi juga. Jasper tersenyum tipis padaku sebelum mengikuti langkah Alice.

Aku juga menatap mereka berdua sampai aku menyadari bahwa ada seseorang yang mendekatiku. Tanya—si gadis rambut pirang stroberi. Dia mendekatiku, meninggalkan kedua saudaranya yang tampak masih membicarakan sesuatu. Kuakui, Tanya memang cantik jelita, tapi itu tidak membuatku menjadi begitu saja menyukainya. Entah mengapa, tapi aku memang tidak bisa merasakan apapun padanya, tertarik pun tidak.

Tanya berhenti di depanku dan tersenyum manis. Dia mengulurkan tangannya dan berkata dengan suaranya yang lembut dan merdu,

“Hai, namaku Tanya.”

To be continue…


link on FFN : Soulmate - 2
02 Desember 2010,
Felicia Rena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Visitors