Welcome to Felicia Rena's World. I hope you like this world. Thanx for visiting...

Soulmate - 4

Disclaimer : semua karakter milik Stephenie Meyer. I don't own here.

Pairing : Edward x Tanya

Summary : Kehidupan Edward sebelum bertemu dengan Bella. Sebelumnya, Edward selalu hidup dalam kesendirian. Apakah anggota keluarga Cullen yang lain membiarkan Edward begitu saja dalam kesendiriannya?

A/N : Kembali dengan saya di chapter 4. Terima kasih yang sebesar-besarnya buat yang udah bersedia mereview. Thanx.


Soulmate
Birthday

Edward POV


"Aku tidak akan menyerah, Edward."

Aku bisa melihat mata Tanya yang menyala penuh tekad saat mengatakan bahwa dia tidak akan menyerah. Entah mengapa, aku tersenyum mendengar kata-katanya. Mungkinkah aku hanya ingin menggodanya? Oh—kuputuskan untuk sedikit 'bermain-main' dengan vampire-pantang-menyerah ini.

"Maukah kau membuktikannya, Tanya?" Seringaiku.

Tanya mengerjap mendengar tantanganku. "Apa?"

"Kau serius, Edward?" Tanyanya lagi kurang percaya.

Aku tersenyum untuk menjawab dan Tanya mengartikan itu sebagai 'ya'.

"Baiklah, akan kubuktikan padamu. Aku pasti bisa mengambil hatimu. Tunggu saja waktunya, Edward. Oh—ini hanya masalah waktu," ujar Tanya dengan riang. Senyum lebar kembali tertempel di wajah cantiknya.

"Akan kutunggu, Tanya," tantangku.

"Yeah, akan kubuktikan asal kau tidak terus menerus menghindariku, Edward," ujar Tanya sedikit galak.  "Percuma saja kau memberiku kesempatan untuk mengambil hatimu tapi kau terus menjauh dan menghindariku."

Aku terkekeh mendengarnya. "Baik, kuberi kau kesempatan. Tapi aku tidak janji akan berpaling padamu."

"Ouch, itu menyakitkan, Edward. Seolah kau mengatakan bahwa semua usahaku akan sia-sia," gurau Tanya pura-pura tersinggung.

". Baiklah," aku terkekeh. "Aku mau masuk sekarang."

"Aku juga!" Seru Tanya riang. "Ayo!" Tanya menarik tanganku dan mengajaknya masuk sambil tertawa-tawa.

Suasana di ruang keluarga Denali tampak hangat. Carlisle, Esme, Eleazar dan Carmen tampak sedang berbincang-bincang. Kate dan Irina berkumpul bersama Rosalie, Emmett, Jasper dan Alice. Begitu aku dan Tanya memasuki ruangan, semua pandangan vampire dalam ruangan itu terarah pada kami berdua, apalagi dengan tanganku yang berada dalam genggaman Tanya. Rosalie menatap tajam Tanya dan langsung melengos begitu melihat Tanya menyunggingkan senyum kemenangan.

Aku sendiri tidak tahu apa yang sekarang membuatku sedikit luluh di hadapan Tanya. Padahal sampai tadi sore aku masih begitu dingin padanya. Tapi aku merasa ada sesuatu yang berbeda dalam diri Tanya dan tidak ada salahnya jika aku memberinya kesempatan.

"Ah, Edward, kau sudah pulang rupanya," sapa Carlisle dengan senyumnya yang lebar. Esme dan Carmen juga tersenyum.

"Apakah ada—eh—perkembangan baru?" Tanya Eleazar. Matanya menatap tanganku yang masih digenggam oleh Tanya.

Dengan senyumku yang biasa, perlahan aku melepaskan tanganku dari Tanya. Aku bisa merasakan kekecewaan Tanya ketika aku menarik tanganku. Eleazar juga tampak sedikit terkejut melihat aku langsung melepaskan tanganku.

"Tidak. Tidak ada apa-apa, Eleazar. Aku hanya baru saja meluruskan sesuatu dengan Tanya," senyumku. "Iya kan, Tanya?"

"Eh—iya," jawab Tanya.

"Ah—begitu rupanya. Yah—tidak apa-apa. Aku senang jika kalian semua bisa akrab dan kita bisa menjadi keluarga yang baik," ucap Eleazar. Lagi-lagi aku menangkap arti tersembunyi dalam kata 'keluarga' yang di ucapkan oleh Eleazar. Sepertinya Tanya juga mengerti maksud tersembunyi dari Eleazar, tapi dia hanya tersenyum senang.

"Aku juga merasa senang jika itu bisa terwujud, Eleazar," ucap Tanya riang.

Aku bisa mendengar pikiran Tanya berkata, 'Aku pasti bisa membuatmu berpaling padaku, Edward. Lihat saja nanti.' Sedangkan pikiran Rosalie berkata, 'Oh—awas saja kalau sampai Edward terpengaruh oleh si centil ini. Akan ku ajak Tanya bertarung dan kurobek lehernya.'

Aku sedikit tersentak dan menatap Rosalie yang sedang menatapku dan Tanya bergantian sambil memamerkan taring-taringnya yang tajam.

'Kau dengar itu kan, Edward?' Kata suara dari pikiran Rosalie. Aku hanya mendengus untuk menjawab dan Rosalie menyeringai semakin lebar.

"Edward." Tiba-tiba Alice sudah berada di sebelahku. "Ada yang ingin kubicarakan."

Aku menatap Alice dan mencoba membaca pikirannya, berusaha mencari tahu apa kira-kira yang ingin makhluk mungil ini bicarakan. Tapi aku sama sekali tidak menemukan sesuatu yang bisa memberiku petunjuk tentang apa yang akan dibicarakan Alice. Oh—bagus, makhluk kecil ini sudah semakin pintar menyembunyikan pikirannya. Latihan selama bertahun-tahun mungkin?

"Baiklah, Alice," ujarku dengan setengah menggerutu. Alice tersenyum pada Tanya dan menarikku menjauh.
Alice membawaku menuju halaman belakang. Saat kami melewati Rosalie, Emmett dan Jasper, mereka langsung mengikuti aku dan Alice. Kupikir Alice akan melarang mereka, tapi ternyata Alice hanya diam saja dan membiarkan mereka mengikuti kami.

"Ada apa sih, Alice?" Tanyaku mulai kesal. "Kenapa sampai sejauh ini?"

Alice terus menarik tanganku sampai kami masuk ke hutan di belakang rumah keluarga Denali. Rumah ini memang terletak di tengah hutan.

"Baiklah, disini saja." Alice akhirnya berhenti menarik tanganku dan berbalik menghadapiku. Mata polosnya menelusuri wajahku dan membuatku sedikit mengernyit.

"Karena sekarang sudah jam dua belas malam—"Kata-kata Rosalie terpotong oleh Alice.

"Biar aku yang mengatakannya, Rose!" Seru Alice agak kesal. Rosalie nyengir dan mengangkat bahunya.

"Ada apa, Alice?" Aku mulai penasaran.

"Selamat Ulang Tahun, Edward!" Seru Alice girang. Aku sedikit terkejut mendengarnya. Ulang tahun?

"Apa? Ulang tahun?" Tanyaku bingung.

"Ya, sekarang sudah tanggal 20 Juni, Edward. Jadi, selamat ulang tahun yang ke 68 secara manusia," ucap Alice nyengir senang. Aku mendengar Emmett terkekeh dan pikirannya berkata, 'Sudah jadi kakek rupanya, bung?'

Aku melirik sebentar pada Emmett sebelum Alice mengambil kembali perhatianku.

"—jadi saat kau dan Rosalie sedang berburu, aku, Jasper dan Emmett meminjam mobil Carlisle dan turum ke kota. Kami menemukan hadiah yang cocok untukmu—"

"Alice, kalau kau hanya mau mengucapkan selamat ulang tahun, kenapa harus membawaku ke tengah hutan seperti ini? Kau tahu kan disini—er—banyak nyamuk?" Kataku sedikit menggoda.

Emmett tertawa keras-keras mendengar ucapanku. "Oh, peduli apa dengan nyamuk, Edward? Toh kita juga sama seperti makhluk-makhluk kecil itu. Sama-sama menghisap darah."

Alice menatap Emmett dengan tatapan menegur. Tetapi saat Alice kembali menatapku, aku yakin dan aku berani bersumpah aku melihat matanya berkilat jahil.

"Oh, kau lebih suka aku mengatakannya di dalam? Di depan semuanya dan menyerukan lagu selamat ulang tahun untukmu? Yang ke-68, eh?" Kekeh Alice. "Di hadapan Tanya?"

Aku berpikir sebentar dengan jawaban Alice. Otakku masih sulit untuk mencerna sesuatu.

"Kalau kau mau Tanya tahu bahwa kami merayakan ulang tahunmu, silakan saja. Tapi pikirkan apa yang kira-kira akan dia lakukan kalau tahu bahwa kau berulang tahun," tukas Rosalie tidak sabar. "Memberimu ciuman selamat di hadapan kami semua mungkin? Dan meresmikan hubungan kalian? Ah, manis sekali, Edward."

Aku melotot kesal ke arah Rosalie yang tersenyum masam padaku. Oke, alasannya memang masuk akal dan bisa diterima.

"Jadi? Apa hadiahku?" Pertanyaanku ini sepertinya bisa membuat Alice melompat-lompat saking girangnya. Adik menyebalkanku ini memang selalu menjadi yang paling bersemangat jika ada suatu perayaan.

"Sebenarnya aku mau menghadiahkan jodoh untukmu, Edward," goda Emmett. Oh, tidak. Itu lagi yang dikatakannya? Benar-benar mengesalkan. "Tapi setelah ku pikir lagi, kau kan sudah punya Tanya sekarang."
Aku benar-benar tidak sabar lagi. Kutinju Emmett dan ku ajak bergulat.

"Hadiahku cukup dengan mengijinkanku menghajarku, Emmett. Sialan kau!" Geramku.

"Sudah cukup, kalian berdua! Kalian benar-benar membuatku kesal," tukas Alice jengkel. Dia memang akan langsung sewot jika acaranya dirusak.

"Maaf, Alice," gumamku sambil tetap melotot pada Emmett yang masih terkekeh senang karena sudah membuatku kesal.

"Kemarilah, Edward. Aku ingin menunjukkan hadiahmu," ajak Alice sambil mengulurkan tangannya padaku.

Aku meraih tangan Alice dan membiarkannya membawaku berlari lebih jauh ke dalam hutan. Alice terus berlari selama beberapa saat dan berhenti di sebuah tanah kosong. Disitu sudah ada satu bangunan kecil yang tampaknya masih baru.

"Kalian memberiku rumah? Tapi kecil sekali?" Tanyaku bingung.

"Bukan, Edward. Dan itu bukan rumah. Hadiahmu ada di dalam sana," ujar Alice sambil membawaku ke arah rumah itu. Alice membuka kuncinya dan membuka lebar-lebar rumah itu sampai aku bisa melihat sesuatu yang tertutup kain.

"Mobil?" Desahku pelan.

"Ya! Lihatlah, Edward. Aku yakin kau akan suka!" Seru Alice dan dengan semangat dia menarik kain itu.

Aku sedikit terkagum melihat mobil yang masih berkilat itu. Perlahan aku berjalan mendekati mobil hadiahku dan menyentuhnya. Badan mobilnya masih licin dan berkilau. Silver Volvo ini akan menjadi mobil kesayanganku.

"Kau suka, Edward?" Tanya Alice.

Aku menoleh pada Alice dan sedikit berlari mendekatinya. Ketika aku mencapainya, aku mengangkat tubuh mungilnya dan kuputar di udara. Aku mengecup pipinya dengan sayang. "Sangat suka, Alice. Thank you, sister."

Alice terkikik senang ketika aku mengecup pipinya. Rosalie mendekatiku dan seakan tidak mau kalah dari Alice, dia memelukku dan mencium pipiku. "Selamat ulang tahun, Edward."

Aku balas mengecup pipi Rosalie dan kemudian menatap Jasper. "Hei, terima kasih juga untukmu, Rose. Jasper"

Jasper memberikan anggukan dan senyumannya. "Selamat ulang tahun, Edward."

'Tapi, tidak ada terima kasih untukmu, Emmett. Kuanggap ini sebagai permintaan maafmu karena telah mengerjaiku terus selama beberapa puluh tahun terakhir," tambahku sambil nyengir menatap Emmett.

"Terserah kau sajalah, Edward," ujar Emmett sedikit menggerutu.

Aku tertawa melihat Emmett dan kemudian merangkul kedua saudara perempuanku.

"Jadi, apa yang bisa kulakukan untuk membalas kebaikan kalian?" Tanyaku.

"Memberiku seorang kakak ipar?" Usul Alice.

"Memberiku seorang keponakan?" Sambung Rosalie.

Aku mengeluh dan kedua saudariku ini terkikik senang.

"Jangan meminta sesuatu yang tidak bisa aku berikan. Maksudku, oke. Kakak ipar mungkin bisa aku berikan. Tapi, keponakan untuk kalian? Jangan bercanda!" Tukasku.

"Oh, jangan terlalu yakin, Edward. Akhir-akhir ini aku sering mendapat kilasan seperti seorang anak kecil," ujar Alice dengan dahi berkerut. "Seorang anak perempuan yang sangat rupawan dan sangat mirip denganmu, Edward. Aku memang kurang jelas melihatnya, tapi siapa tahu saja ini anakmu?"

Perkataan Alice membuat semua yang mendengarnya melongo, terlebih lagi aku.

"Hei, kau punya anak, bung!" Seru Emmett.

"Itu tidak mungkin, sayang," ujar Jasper lembut pada Alice.

"Yeah, vampire tidak bisa punya anak, Alice," ujar Rosalie dengan nada seperti mencari pembenaran.

Aku merasa sedikit kasihan pada Rosalie. Aku sangat tahu bahwa sejak masa manusianya, Rosalie sangat menginginkan seorang anak. Tapi seperti kata Rosalie, vampire tidak bisa punya anak.

"Yah, vampire memang tidak bisa punya anak. Tapi manusia bisa kan?" Ujar Alice sambil mengangkat bahu.

Seperti ada lampu menyala dalam kepalaku saat mendengar ucapan Alice. "Maksudmu—apa—aku dan seorang manusia—akan memiliki seorang anak?"

"Itu gila, Alice," ujarku mengakhiri semua pemikiran tidak masuk akal ini.

"Yah," kata Alice lambat-lambat. "Kita tidak tahu kan?"

Aku terpaku menatap Alice. Aku? Dengan seorang manusia? Akan memiliki seorang anak? Itu mustahil!

To be continue…

link on FFN : Soulmate - 4
15 Desember 2010,
Felicia Rena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Visitors