Title: Teardrops in the Rain
Author: Felicia Rena
Rating: PG-17/T
Genre: Hurt/Comfort
Main Cast: Lee Jonghyun, Im Yoona
Other Cast: CNBLUE
Poster by Felicia Rena
Author's Note: Ini adalah FF DeerBurning/JongYoon pertama yang aku buat. FF ini dibuat awalnya untuk mengikuti FF contest yang di adain sama FF CNBLUE Indonesia, walaupun nggak menang sih. Hehehe...:D
NO PLAGIAT, PLEASE! :)
.
.
No
one ever sees, no one feels the pain
Teardrops
in the rain
.
April 20, 2013. 00:25
KST
Malam sudah semakin
larut. Di saat semua orang seharusnya sudah terlelap dalam tidur masing-masing,
nampak seorang laki-laki yang masih terjaga. Dia sudah berbaring di atas tempat
tidurnya, namun matanya masih terbuka lebar dan menatap kosong langit-langit
kamarnya.
Jam dinding yang tergantung
di sebelah pintu kamarnya sudah menunjukkan pukul setengah satu pagi yang
berarti hari sudah berganti. Inilah alasan mengapa laki-laki itu—Lee
Jonghyun—masih setia terjaga sampai selarut ini. Sama seperti tahun-tahun
sebelumnya, setiap menjelang pergantian tanggal menuju tanggal 20 April,
Jonghyun akan terjaga sampai larut malam.
Jonghyun melirik ke
arah jam dinding, kemudian dia bangkit berdiri dan berjalan menuju beranda
kamarnya. Kedua tangannya mencengkram erat pagar berandanya. Jonghyun menengadahkan
kepalanya lalu menutup kedua matanya, mencari ketenangan yang ditimbulkan dari
keheningan di malam hari. Angin malam yang dingin berhembus kencang menembus
kulit putihnya, namun Jonghyun sama sekali tidak merasa kedinginan. Sudah lama
tubuhnya seolah mati rasa, tidak bisa lagi merasakan apa-apa.
Peristiwa yang terjadi
tepat tiga tahun yang lalu masih menyisakan luka di relung hatinya dan mengubah
hidup Jonghyun. Tidak ada lagi pancaran sinar berapi-api dari kedua bola
matanya. Kedua mata itu justru semakin redup setiap harinya. Tidak ada lagi
panggilan “burning” yang diberikan
oleh sahabat-sahabatnya untuk merepresentasikan passion dan semangat yang dimilikinya. Kehilangan seseorang yang
sangat dicintainya membuat Jonghyun seolah kehilangan jiwanya. Semua organ
tubuhnya berfungsi dengan baik, namun jiwanya tidak ada lagi, pergi bersama dengan
gadis itu. Gadis bernama Im Yoona.
Jonghyun membuka
matanya dan melihat ke atas. Langit malam yang gelap tampak begitu luas dan
bertabur bintang yang bersinar terang.
I
wish upon a star, I wonder where you are
I
wish you're coming back to me again
And
everything's the same like it used to be
“Apakah kau di atas
sana?” Jonghyun mendengar suara serak yang keluar dari tenggorokannya.
“Apakah kau melihatku?
Apa kau tahu betapa aku merindukanmu?” Kata-kata Jonghyun mengalir lebih
menyerupai bisikan untuk dirinya sendiri. “Apa kau tahu betapa aku berharap kau
ada disini sekarang?”
Perasaan sesak sudah
menyelimuti rongga dada Jonghyun. Kedua bola matanya masih terpatri menatap
bintang di atas sana. Tidak ada airmata yang keluar. Sudah lama Jonghyun tidak
menangis. Airmatanya sudah habis untuk menangis di hari itu.
I
see the days go by and still I wonder why
I
wonder why it has to be this way
Why
can't I have you here just like it used to be
Tiga tahun sudah
berlalu sejak kepergian Yoona. Tiga tahun sejak Jonghyun kehilangan cahaya
hidupnya. Tiga tahun, waktu yang cukup lama, namun belum cukup untuk bisa
menghapus Yoona dari hatinya.
Jauh di dalam lubuk
hatinya, Jonghyun masih belum mau menerima kenyataan bahwa Yoona telah pergi
meninggalkannya. Sepenuh hatinya berharap bahwa dia masih bisa memiliki gadis
itu. Bukan hanya sekali-dua kali Jonghyun mempertanyakan takdir yang dinilainya
begitu kejam.
“Aku sangat merindukanmu, Yoona-ah.”
.
April 20, 2013. 05:30
KST
“Yonghwa-hyung!”
Laki-laki yang
dipanggil Yonghwa itu menggeliat di atas tempat tidurnya. Kedua matanya
mengerjap, mencoba membiasakan cahaya terang yang menerobos masuk ke dalam retinanya.
Yonghwa menatap sekeliling kamarnya dan menemukan dua laki-laki yang menerobos
masuk kamarnya dan meneriakkan namanya tadi.
“Waeyo, Minhyuk-ah, Jungshin-ah?” tanya Yonghwa yang masih tampak
mengantuk. Matanya melirik ke arah jam beker di atas meja di samping tempat
tidurnya. Sekarang waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi. Bagi Yonghwa,
sekarang masih terlalu pagi untuk bangun, terlebih lagi ini hari Sabtu.
“Jonghyun-hyung. Dia tidak ada dikamarnya,” lapor
Minhyuk dengan nada khawatir.
Yonghwa terdiam sesaat.
Sudut matanya menangkap kalender yang tergantung di belakang Minhyuk dan
Jungshin. Pemahaman segera memasuki otaknya ketika dia menyadari tanggal berapa
sekarang.
“Tidak perlu khawatir,”
kata Yonghwa akhirnya. “Apakah kalian lupa sekarang tanggal berapa?”
“Sekarang? 20 April—ah!”
Kedua mata Jungshin melebar ketika pemahaman juga mulai merasukinya.
“Sudah lewat tiga tahun
rupanya,” gumam Minhyuk yang sekarang menatap kalender dengan sorot mata yang
berubah menjadi sedih.
“Aku tidak menyangka begitu besarnya cinta
Jonghyun-hyung untuk Yoona-noona,” tambah Jungshin, “sampai waktu
tiga tahun belum cukup untuk menghapus sosok Yoona-noona di hati Jonghyun-hyung.”
“Aku berharap kali ini
Jonghyun bisa merelakan kepergian Yoona,” ucap Yonghwa dengan pandangan
menerawang.
.
April 20, 2013. 05:45
KST
Jalanan masih tampak
sepi. Belum banyak kendaraan yang berlalu-lalang lewat. Di trotoar hanya nampak
beberapa orang yang sudah berjalan-jalan sepagi ini.
Jonghyun membiarkan
kakinya menuntunnya. Dia membiarkan kakinya melangkah tanpa tujuan, sama
seperti hidupnya. Jonghyun merasa bahwa dia sudah tidak lagi memiliki tujuan
hidup. Yoona adalah napasnya. Ketika Yoona pergi meninggalkannya, bagaimana
caranya dia melanjutkan hidup tanpa napasnya?
I
don't know which way to choose
How
can I find a way to go on?
I
don't know if I can go on without you
Jonghyun berhenti
melangkah. Beberapa meter di depannya berdiri sebuah bangunan megah yang sangat
dikenalnya. Tempat itu bukan hanya tempat di mana dia memperoleh
kebahagiaannya, namun juga dimana semuanya berakhir.
Jonghyun membiarkan
kakinya melangkah mendekat. Sambil berjalan, Jonghyun mengedarkan pandangan ke
sekelilingnya, merekam setiap sudut ke dalam memorinya. Tempat itu masih tampak
sama seperti tiga tahun yang lalu. Sebuah gedung bertingkat tiga dengan tulisan
“Seoul Performing of Art High School” terpampang di atas pintu masuknya.
Sekolah itu masih sepi,
tentu saja, mengingat ini adalah hari Sabtu dan sekolah libur setiap hari Sabtu.
Jonghyun juga sama sekali tidak berminat untuk masuk ke dalam. Melihat bangunan
sekolah ini dari luar saja sudah membuat memorinya tentang Yoona meluap. Dia
tidak akan sanggup masuk ke dalam dan membayangkan Yoona berjalan di lorongnya,
duduk di kursinya, bahkan tersenyum padanya dari balik jendela. Tidak, semua
bayangan itu hanya akan semakin menguatkan ketiadaan gadis itu di sampingnya
saat ini. Walaupun begitu, Jonghyun membiarkan kenangannya saat dia pertama
kali bertemu Yoona menguar keluar.
.
June 10, 2009. 10:05 KST
“Hyung, kenapa kau belajar bermain gitar?”
Jonghyun menoleh ke
arah Minhyuk sambil mengangkat kedua alisnya. Dongsaeng-nya itu menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu.
“Kenapa kau belajar
bermain drum?” Bukannya menjawab pertanyaan Minhyuk, Jonghyun justru balik
bertanya.
“Ya, hyung! Aku kan bertanya lebih dulu,” protes Minhyuk.
“Entahlah, karena
menurutku menjadi seorang gitaris itu keren,” jawab Jonghyun.
Minhyuk menatap
Jonghyun dengan mata yang disipitkan sehingga membuat matanya lebih menyerupai
garis. Laki-laki yang berusia satu tahun lebih muda dari Jonghyun itu merasa
curiga jika Jonghyun hanya asal menjawab.
“Jangan menatapku
seperti itu! Apa kau tahu kalau tatapanmu seperti itu menakutkan?” kata
Jonghyun.
“Bukankah eye lights-mu lebih mengerikan, hyung?” balas Minhyuk.
“Aish, anak ini,”
gerutu Jonghyun.
“Oh, Yoona-noona!” Minhyuk tiba-tiba melambaikan
tangannya pada seseorang di belakang Jonghyun.
Merasa penasaran dengan
siapa yang disapa oleh Minhyuk, Jonghyun-pun menoleh ke belakangnya. Seorang
gadis berambut panjang tersenyum lebar dan balas melambai ke arah Minhyuk
sebelum berlalu.
“Jonghyun-hyung!” Suara panggilan Minhyuk
menyadarkan Jonghyun.
“Ah, kau terpesona pada
Yoona-noona kan?” tebak Minhyuk
sambil tertawa.
“Anio! Apa yang kau bicarakan?” elak Jonghyun.
“Hahaha...Sudahlah,
jujur saja padaku, hyung. Aku tidak
akan mengatakannya pada siapa-siapa,” goda Minhyuk.
Jonghyun menatap
Minhyuk dengan eye lights-nya karena
merasa kesal dengan godaan dongsaeng-nya
itu. Minhyuk yang melihat tatapan Jonghyun mundur tiga langkah dengan kedua
tangan terangkat, tetapi cengiran lebar masih menempel di wajahya.
“Apakah dia siswi
baru?” tanya Jonghyun. Selama dua tahun bersekolah di sekolah itu, Jonghyun
memang merasa tidak pernah melihat gadis itu sebelumnya.
“Yoona-noona memang siswi pindahan. Dia pindah
ke sekolah ini sejak tahun ajaran baru kemarin. Spesialisnya adalah dance, jadi jelas saja kalau kau tidak
pernah melihatnya, hyung,” jawab
Minhyuk.
“Aku mengenalnya di
perpustakaan. Saat itu dia meminjamiku uang karena aku tidak membawa uang untuk
membayar denda keterlambatanku mengembalikan buku,” lanjut Minhyuk ketika
melihat Jonghyun mengangkat kedua alisnya dengan tatapan bertanya.
Jonghyun hanya
menganggukkan kepalanya. Sekilas dia kembali teringat pada senyuman gadis
bernama Yoona itu. Jonghyun tentu sudah sering sekali melihat gadis-gadis
tersenyum, tetapi sesuatu dalam senyum Yoona membuat jantungnya serasa berhenti
berdetak. Belum pernah Jonghyun melihat senyuman setulus milik Yoona.
.
June 10, 2009. 15:47
KST
Sore ini hujan kembali
turun membasahi seluruh kota Seoul. Namun seperti biasanya, warga kota Seoul
sudah terbiasa beraktivitas tidak peduli apapun hambatannya. Payung warna-warni
dengan segera menghiasi jalanan kota Seoul. Demikian pula di jalanan depan
Seoul Performing of Art High School. Siswa-siswi yang baru saja pulang sekolah
segera mengeluarkan payungnya masing-masing dan berhamburan keluar.
Lee Jonghyun termasuk
dari salah satu siswa yang sudah mengeluarkan payungnya. Baru saja dia hendak
berjalan keluar, matanya menangkap sosok gadis yang diketahuinya bernama Yoona.
Entah apa yang kemudian membuat Jonghyun berjalan menghampiri gadis itu.
“Tidak pulang?”
Yoona menoleh dengan
sedikit terkejut. Sepertinya dia tidak menyangka akan ada seseorang yang
menyapanya. Gadis itu menatap Jonghyun dengan tatapan bingung.
“Kau yang tadi bersama dengan Minhyuk kan?”
Rupanya Yoona mengingat Jonghyun. Menyadari hal tersebut, Jonghyun mengulas
senyum.
“Ah, maaf
mengagetkanmu. Ya, aku teman Minhyuk,” jawab Jonghyun.
Yoona tersenyum dan
mengulurkan tangan kanannya. “Im Yoona-imnida,”
ucapnya.
Jonghyun merasakan
darahnya berdesir ketika melihat Yoona tersenyum, namun dengan segera dia
menguasai dirinya dan membalas uluran tangan Yoona. “Lee Jonghyun,” balas
Jonghyun.
“Senang berkenalan
denganmu, Jonghyun-ssi,” ujar Yoona,
masih dengan senyum manis yang setia melekat di wajahnya.
“Kenapa belum pulang?”
tanya Jonghyun sekali lagi.
“Aku tidak membawa
payung,” jawab Yoona.
“Apakah kau pulang naik
bus?” Jonghyun kembali mengajukan pertanyaan.
“Ne,” Yoona menganggukkan kepalanya.
“Bagaimana kalau kau
ikut denganku? Aku juga pulang naik bus. Kita bisa berjalan bersama ke halte,”
tawar Jonghyun.
Sesaat Yoona terlihat
bimbang antara akan menerima tawaran Jonghyun atau tidak. Jonghyun bisa
memahami keraguan gadis itu. Bagaimanapun, mereka baru saja saling mengenal.
“Baiklah,” kata Yoona
akhirnya sambil tersenyum. Gadis itu memang sepertinya tidak pernah berhenti
tersenyum.
Jonghyun balas
tersenyum sambil membuka payungnya dan melangkah keluar gedung sekolah dengan
Yoona berada dekat di sampingnya. Setiap kali bahu mereka bersentuhan ketika
berjalan, Jonghyun merasakan sesuatu membuncah di dalam dadanya. Jantungnya
berdetak dua kali lebih cepat sampai-sampai Jonghyun merasa sedikit khawatir
kalau-kalau Yoona menyadarinya. Tetapi selain dari semua itu, untuk pertama
kalinya dalam hidup, Jonghyun ingin waktu berhenti saat ini juga supaya dia
tidak berpisah dengan gadis di sampingnya. Gadis bernama Im Yoona.
.
September 15, 2009.
11:22 KST
“Yoona-ah, chukhahae!” Jonghyun mengagetkan
Yoona yang baru saja keluar dari ruang latihannya.
“Jonghyun-ah, kau mengagetkanku! Selamat untuk
apa?” tanya Yoona dengan dahi berkerut.
“Aku sudah
mendengarnya. Kau menjadi salah satu siswi yang akan tampil di ‘Big Day
Performance’ tahun ajaran baru berikutnya kan? Itu hebat sekali!” kata Jonghyun
Setiap tahunnya,
tepatnya di bulan April, Seoul Performing of Art High School selalu mengadakan
acara ‘Big Day Performance’ yang akan menampilkan siswa-siswi terbaik mereka
dari jurusan seni tari, seni musik, seni drama, sampai seni lukis. Acara ini
biasanya juga dihadiri oleh para orangtua murid dan orang-orang penting yang
menjadi penyokong Seoul Performing of Art High School.
“Ah, itu,” Yoona
tersenyum malu, “gomawo.”
Jonghyun masih
tersenyum lebar sambil menatap Yoona. Selama tiga bulan ini dia memang semakin
dekat dengan Yoona. Selama tiga bulan itu pula perasaan Jonghyun semakin
berkembang. Yoona benar-benar berbeda dari gadis-gadis lain yang pernah di
kenalnya. Semakin mengenal Yoona, semakin Jonghyun jatuh cinta padanya. Dan
perasaan itu terus tumbuh dan berkembang setiap saat.
“Bagaimana denganmu?” tanya Yoona.
“Aku? Anio, aku belum cukup hebat untuk bisa
tampil di acara sebesar itu. Yonghwa-hyung
adalah salah satu dari jurusan seni musik yang akan tampil di acara itu,” ujar
Jonghyun.
“Kau ingin menjadi
seorang gitaris kan?” tanya Yoona lagi.
“Ne. Waeyeo?” jawab Jonghyun.
Yoona tersenyum, “Kau
pasti bisa menjadi seorang gitaris hebat. Berlatihlah yang serius. Kau pasti
bisa jadi lebih hebat daripada Yonghwa-oppa.”
Jonghyun tertawa kecil.
Kedua matanya tidak pernah berhenti menatap Yoona bahkan ketika mereka sedang
berjalan sambil mengobrol seperti sekarang.
“Kau terlihat pucat,”
komentar Jonghyun ketika menyadari bahwa wajah Yoona memang tampak lebih pucat
dari biasanya. Gadis itu juga terlihat sudah kehilangan cukup banyak berat
badannya. “Apakah kau baik-baik saja?”
“Aku baik-baik saja.
Kau tidak perlu khawatir padaku,” balas Yoona sambil berusaha tersenyum seceria
mungkin. Sayangnya kedua mata Jonghyun tidak bisa dibohongi. Laki-laki itu tahu
ada sesuatu yang disembunyikan oleh Yoona. Jonghyun juga menyadari sorot mata
Yoona yang meredup, tidak lagi seceria biasanya.
“Jangan terlalu memaksakan
diri, Yoona-ah. Kau harus tetap
banyak istirahat. Jangan sampai pada hari-H nanti kau justru sakit,” ucap
Jonghyun.
“Arraseo. Gomawo, Jonghyun-ah,”
kali ini Yoona kembali menampilkan senyum yang selama ini selalu membuat
jantung Jonghyun berdetak tidak beraturan.
.
April 20, 2010. 08:15
KST
Hari yang
ditunggu-tunggu oleh seluruh warga Seoul Performing of Art High School akhirnya
datang juga. Hari ini adalah hari dimana ‘Big Day Performance’ akan
dilaksanakan. Acara baru akan dimulai pukul sembilan pagi, tetapi gedung aula
yang akan digunakan sebagai tempat dilangsungkannya acara sudah ramai oleh
penonton sejak pukul delapan pagi tadi.
Jonghyun berjalan
menelusuri lorong kelas yang terletak disamping aula, tempat akan diadakannya
acara ‘Big Day Performance’. Saat ini dia ingin sekali bertemu Yoona untuk
memberikan semangat. Selain itu, Jonghyun juga ingin memastikan bahwa Yoona
baik-baik saja. Belakangan ini Jonghyun sering melihat wajah Yoona yang semakin
pucat, bahkan kemarin dia menemukan Yoona jatuh pingsan di ruang latihannya.
“Jonghyun-ah!”
Jonghyun melihat
Yonghwa berdiri sekitar tiga meter didepan sambil melambaikan tangan padanya.
“Apakah kau kemari
untuk mencariku?” tanya Yonghwa ketika Jonghyun sudah menghampirinya.
“Tentu saja Jonghyun-hyung ingin menemui Yoona-noona,” celetuk Jungshin.
“Itu benar, hyung. Jonghyun-hyung pasti sedang menuju ke ruangan Yoona-noona,” sahut Minhyuk.
“Ah, benar juga.”
Yonghwa berpura-pura menampilkan wajah kecewa padahal yang sebenarnya
dilakukannya adalah menggoda Jonghyun. Sementara itu Jonghyun hanya memutar
bola matanya melihat ketiga sahabatnya ini.
“Jonghyun-ah.”
Jonghyun segera menoleh
ketika mendengar suara yang sangat dikenalnya. Yoona berdiri dibelakangnya,
lengkap dengan kostum dan riasan wajah yang membuatnya semakin cantik. Gadis
itu tersenyum sambil menyapa Yonghwa, Minhyuk dan Jungshin yang sudah saling
bertukar pandang penuh arti.
“Apakah kau baik-baik
saja?” tanya Jonghyun dengan khawatir. Wajah Yoona masih terlihat pucat
walaupun sudah tertutup make-up.
Jonghyun benar-benar
merasa khawatir pada gadis yang berdiri tersenyum di hadapannya ini. Jonghyun
sering merasa kesal pada Yoona yang selalu berkata bahwa dirinya baik-baik
saja, padahal Jonghyun tahu ada yang tidak beres pada gadis itu. Jonghyun hanya
ingin gadis itu baik-baik saja. Jonghyun ingin supaya gadis itu tetap ada di
sisinya.
“Gwencana. Jangan khawatir, aku pasti baik-baik saja. Kau akan
melihat tarian terbaikku hari ini,” ujar Yoona sambil tertawa kecil.
“Baiklah. Pastikan kau
memberikan yang terbaik, Yoona-ah,” balas Jonghyun sambil tersenyum.
.
April 20, 2013. 06:05
KST
Jonghyun menghentikan
aliran kenangannya sampai disitu. Kenangan berikutnya sungguh terlalu
menyakitkan untuk diingat. Hari itu Yoona memang memberikan tarian terbaiknya.
Jonghyun selalu menyukai ketika melihat Yoona bergerak di atas lantai dengan
iringan lagu. Jonghyun sangat suka melihat Yoona menari. Tidak pernah
sedetikpun terlintas dalam benaknya bahwa hari itu adalah terakhir kalinya dia
melihat Yoona menari.
Jonghyun menutup
matanya, berusaha keras supaya kenangan itu tidak lagi menyeruak keluar. Namun
semakin dirinya berusaha, semakin ingatan itu tampak jelas di depan matanya.
Yoona yang jatuh pingsan setelah penampilannya selesai. Yoona yang ternyata
mengidap penyakit leukimia. Yoona yang masih bisa tersenyum padanya di
saat-saat terakhirnya. Yoona yang memintanya untuk terus hidup dan menggapai
impiannya sebagai seorang gitaris. Yoona yang berkata bahwa dirinya telah
memberikan saat-saat terakhir paling membahagiakan baginya. Yoona yang tidak
sadarkan diri. Yoona yang tidak akan pernah bangun lagi.
Kenyataan itu kembali
menghantam Jonghyun dan membuatnya kehilangan kendali atas tubuhnya. Jonghyun
jatuh berlutut. Kakinya tidak sanggup menopang berat tubuhnya. Sekujur tubuhnya
terasa lemas. Jantungnya berdetak begitu cepatnya sampai dia merasa sesak.
Jonghyun meremas dadanya yang terasa sakit seperti setiap kali dia mengingat
kejadian itu.
Even
if my heart's still beating just for you
I
really know you are not feeling like I do
Satu-satunya alasan
mengapa Jonghyun masih bertahan hidup adalah karena Yoona memintanya seperti
itu. Jonghyun membiarkan jantungnya tetap berdetak karena Yoona memintanya
untuk tetap hidup dan meraih impiannya untuk menjadi seorang gitaris. Walaupun
Yoona tidak pernah tahu bagaimana rasanya hidup tanpa jiwa. Yoona tidak pernah
merasakan bagaimana hidup bagai mayat hidup seperti yang dijalani oleh Jonghyun
selama tiga tahun ini.
And
even if the sun is shining over me
How
come I still freeze?
Bagi Jonghyun, Yoona
adalah cahayanya. Dan ketika cahaya itu pergi, dunianya gelap gulita. Jonghyun
tidak lagi bisa melihat apa-apa, tidak bisa lagi menentukan apa-apa, tidak bisa
lagi merasakan apa-apa.
Seolah memahami
perasaan Jonghyun, langit berubah mendung dan mulai meneteskan tetes-tetes air
hujan. Jonghyun menengadah, membiarkan air hujan membasahi wajah dan tubuhnya
beserta seluruh rasa sakitnya. Hujan mengingatkannya akan perkenalan pertamanya
dengan Yoona. Sekali lagi dadanya terasa tercabik begitu sakitnya.
Jonghyun tertawa pelan.
Menertawakan hidupnya selama tiga tahun ini. Menertawakan penyangkalannya akan
kepergian Yoona. Menertawakan dirinya yang tidak mau menerima kenyataan.
Sebutir air mata mengalir turun ke pipinya dan jatuh bercampur dengan tetes air
hujan.
No
one ever sees, no one feels the pain
I
shed teardrops in the rain
.
END
.
Please leave your comment.
*Mini-kamus
-Hyung: (panggilan laki-laki kepada laki-laki yang lebih tua)
-Waeyo/Wae: apa/ ada apa/ mengapa
-Noona: (panggilan laki-laki kepada perempuan yang lebih tua)
-Dongsaeng: junior, adik kelas
-Ya: Hei
-Aniyeyo/Anio: tidak
-Ne: iya
-Chukhahae: selamat
-Gomawo: terima kasih
-Oppa: (panggilan perempuan kepada laki-laki yang lebih tua)
-Arraseo/Arra: aku mengerti
-Gwenchanayo/Gwenchana: tidak apa-apa
Song: Teardrops in the Rain by CNBLUE
26 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar