Welcome to Felicia Rena's World. I hope you like this world. Thanx for visiting...

I Choose to Love You - Part 3

Title: I Choose to Love You
Author: Felicia Rena
Rating: 13+/T
Genre: Romance, Hurt/Comfort
Main Cast: Im Yoon Ah, Lee Jong Hyu
Other Cast: Seo Joo Hyun, Kwon Yuri, Jessica Jung, Jung YongHwa
NO PLAGIAT, Please...:)
.
.
.


Yoona mengendarai mobilnya sendirian. Tadi siang tiba-tiba Jonghyun mengajaknya untuk bertemu. Yoona tentu saja menyanggupinya dengan senang hati. Sudah lebih dari seminggu ia tidak bertemu dengan calon suaminya itu dan ia sangat merindukannya.

Yoona memarkir mobilnya di tepian sungai Han. Jonghyun memang mengajaknya untuk bertemu di tempat itu, tempat dimana laki-laki itu melamar Yoona dua bulan yang lalu.

Yoona turun dari mobilnya dan langsung mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Ia tersenyum ketika melihat sosok seorang laki-laki yang sedang berdiri menatap ke arah sungai. Tanpa menunggu lagi, Yoona segera menghampiri laki-laki itu dan memeluknya dari belakang.

Bogoshiposeo,” bisik Yoona di punggung Jonghyun.

Jonghyun tersenyum dan memutar tubuhnya menghadap Yoona. “Nado,” balasnya.

“Kemana saja kau selama satu minggu ini? Apakah kau begitu sibuknya sampai mengabaikanku?” protes Yoona yang menampilkan wajah cemberut.

Jonghyun terkekeh dan mengusap lembut puncak kepala Yoona. “Mianhae. Aku tidak bermaksud untuk mengabaikanmu. Kau tahu aku juga merindukanmu,” ucap Jonghyun.

Yoona merasa ada sesuatu yang aneh dari Jonghyun. Seolah laki-laki itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Tetapi Yoona tidak mau ambil pusing. Yang terpenting baginya adalah Jonghyun sekarang berdiri disini. Dihadapannya.

“Kau sudah makan?” tanya Jonghyun.

Yoona menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

“Kau mau makan apa?” tanya Jonghyun lagi.

“Dimana saja boleh—ah, bagaimana kalau rumah makan Jepang favorit kita?”

“Baiklah. Kajja,”kata Jonghyun sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Yoona.

Yoona meraih tangan Jonghyun dan menggenggamnya erat. Ia membiarkan Jonghyun menuntun langkahnya. Sesekali Yoona akan mengeratkan genggamannya, seolah takut Jonghyun akan melepasnya tiba-tiba.

Mereka berdua menghabiskan waktu hampir satu jam di rumah makan Jepang favorit mereka. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika mereka berdua selesai makan. Jonghyun kemudian mengajak Yoona untuk kembali berjalan-jalan. Kali ini Jonghyun-lah yang menggenggam erat tangan Yoona seolah tidak ada hari esok untuk menggenggam tangan itu lagi.

Seperti biasanya, Yoona akan berceloteh mengenai hari-harinya, kesibukannya, impian-impiannya. Dan Jonghyun akan setia mendengarkan setiap ceritanya dalam diam. Sesekali laki-laki itu akan tersenyum dan tertawa kecil ketika Yoona mengatakan hal-hal yang menurutnya aneh atau lucu.

“Ah, jadi kapan kita akan mencari baju pengantin?” tanya Yoona.

Jonghyun seketika berhenti berjalan mendengar pertanyaan Yoona dan membuat gadis itu memandangnya heran. Jonghyun menghela napasnya. Mungkin inilah saatnya untuk mengatakan semua yang ada di pikirannya sepanjang hari ini.

“Yoona-ya,” Jonghyun berbalik dan menatap Yoona yang balas menatapnya dengan bingung. “Ada sesuatu yang harus kukatakan padamu.”

Wae?” Yoona tiba-tiba merasakan suatu perasaan tidak enak namun ia tetap memaksakan diri untuk tersenyum. “Kenapa kau begitu serius seperti itu? Jangan membuatku takut. Ada apa?”

“Aku—“ Jonghyun masih terlihat bimbang,”aku akan pergi ke Inggris.”

Inggris? Jonghyun? Laki-laki itu akan pergi ke Inggris? Otak Yoona memroses semua kata-kata Jonghyun dengan sangat lambat. Gadis itu hanya berdiri diam dan menatap Jonghyun tanpa mengucapkan sepatah katapun. Sebagian dari dirinya masih belum bisa menerima hal yang baru saja didengarnya.

“Apa maksudmu?” tanya Yoona cepat ketika akhirnya ia berhasil menemukan suaranya kembali.

“Aku akan pergi ke Inggris,” ulang Jonghyun. “Aku mendapatkan tawaran sebuah proyek besar disana. Dan aku memutuskan untuk mengambil tawaran itu. Aku akan berada di Inggris selama dua bulan penuh.”

“Apa maksudmu?” Yoona ikut mengulang pertanyaannya. Suaranya mulai bergetar. “Apa maksudmu dengan kau akan pergi ke Inggris? Dua bulan? Lalu bagaimana denganku? Bagaimana dengan persiapan pernikahan kita?”

“Aku memutuskan untuk mengambil tawaran itu dan pergi ke Inggris bukan tanpa alasan, Yoona-ya. Aku ingin memberikanmu waktu untuk sendiri—“

“Dan kenapa aku memerlukan waktu untuk sendiri?” potong Yoona.

“Aku mendengar semuanya di malam reuni itu,” buka Jonghyun.

Sesaat Yoona tampak terkejut. “Apa yang kau dengar?” tanya Yoona walaupun ia merasa takut untuk mendengar jawabannya.

“Aku mendengar semuanya,” kata Jonghyun lagi. “Tentang hubunganmu dengan Cho Kyuhyun dan bagaimana kau menyukainya dulu. Aku juga mendengar tentang betapa miripnya aku dengan Kyuhyun. Dan—aku juga mendengar ketika Kyuhyun mengungkapkan perasaannya padamu.”

Yoona menatap kosong ke arah Jonghyun. Ia membenci fakta bahwa Jonghyun membeberkan semuanya dengan nada yang terlampau tenang. Akan lebih baik jika Jonghyun mengatakannya dengan nada kecewa atau bahkan marah. Cara Jonghyun mengatakan semua hal itu membuat Yoona ingin memukul dirinya sendiri.

“Kau—bagaimana kau—“ Yoona hampir tidak mampu berbicara lagi karena suaranya bergetar lebih dari sebelumnya. “Apa yang kau pikirkan?”

“Bagaimana perasaanmu sekarang padanya?” tanya Jonghyun masih dengan nada lembut. “Apakah kau masih menyukainya?”

“Kenapa kau menanyakan hal seperti itu? Kau tahu aku mencintaimu,” ucap Yoona.

“Apakah kau masih menyukainya?” tanya Jonghyun lagi.

“Berhenti bertanya seperti itu!” Yoona mulai berteriak dan menutup kedua telinganya. Airmata mulai mengalir turun dari kedua matanya. Tangisnya pecah seketika.

Yoona merasakan sesak yang teramat sangat di dadanya. Rasa sakitnya bukan karena Jonghyun seolah tidak mempercayainya tetapi lebih pada dirinya sendiri. Yoona merasa kesal pada dirinya sendiri karena ia tidak mampu menjawab pertanyaan Jonghyun. Yoona tidak mampu mengatakan dengan tegas bahwa ia tidak lagi memiliki perasaan untuk Kyuhyun.

Di satu sisi, Yoona tidak bisa menampik bahwa ia masih merasakan suatu perasaan aneh ketika berhadapan dengan Kyuhyun. Ia juga tidak bisa mengelak bahwa sejujurnya hatinya terasa bergetar ketika Kyuhyun mengungkapkan perasaannya. Tetapi di sisi lain, ia juga merasa sangat takut. Ia takut Jonghyun akan meninggalkannya.

Lalu apakah Yoona masih pantas untuk Jonghyun? Ketika ia bahkan tidak mampu memberikan jawaban tegas mengenai perasaannya, tetapi ia tidak ingin Jonghyun pergi darinya.

Jonghyun memeluk Yoona dan mengelus pelan punggung gadis itu. “Jangan menangis.”

“Kau tidak perlu menjawabnya sekarang,” ujar Jonghyun. “Aku akan memberimu waktu. Sampai saat aku kembali nanti, kuharap kau benar-benar tahu apa yang kau inginkan. Aku ingin kau benar-benar yakin dengan perasaanmu. Aku tidak ingin kau menyesal nantinya.”

Setelah tangis Yoona mereda, Jonghyun melepaskan pelukannya. Yoona merasakan tangan Jonghyun menyentuh jemari tangan kirinya dan menarik sesuatu dari sana. Ketika menyadari apa yang sedang di lakukan oleh Jonghyun, Yoona langsung mengepalkan tangan kirinya, menghalangi Jonghyun yang mencoba melepaskan cincin pertunangan mereka.

“Apa yang akan kau lakukan?” tanya Yoona sambi terus mengepalkan tangannya.

Jonghyun tidak menjawab melainkan tetap berusaha meluruskan jemari Yoona yang terkepal. Walaupun Jonghyun melakukannya dengan lembut, tetap saja kekuatannya lebih besar dari Yoona. Gadis itu akhirnya hanya bisa menatap cincinnya yang perlahan keluar dari jari manisnya.

“Kenapa kau lakukan ini?” bisik Yoona pelan. Airmata sudah kembali menggenang di pelupuk matanya.

“Aku akan mengembalikannya, ketika kau sudah yakin dengan perasaanmu. Aku tidak ingin perasaanmu terbebani karena cincin ini,” kata Jonghyun sambil melepaskan cincinnya sendiri.

Jonghyun menarik tangan kanan Yoona dan meletakkan cincinnya sendiri di telapak tangan Yoona. “Saat aku kembali nanti, dan jika kau yakin akan memilihku, kembalikan cincin ini padaku dan aku akan mengembalikan cincinmu. Tetapi jika tidak—kau boleh melakukan apapun yang kau mau dengan cincin itu.”

Yoona terus menatap cincin di tangannya dengan pandangan kosong. Pandangannya sudah mulai kabur dengan airmata yang kembali tumpah.

“Kita tidak akan membatalkan pernikahan kita. Setidaknya sampai kau membuat keputusan,” lanjut Jonghyun. “Pikirkanlah dengan baik. Aku ingin kau bahagia—dengan siapapun yang kau pilih.”

“Aku harus pergi sekarang,” ucap Jonghyun. “Kau juga pulanglah.”

Jonghyun maju selangkah dan memeluk Yoona sekilas kemudian mencium keningnya. Jonghyun merasakan kedua bahu Yoona kembali bergetar ketika bibirnya menempel di kening gadis itu.

Tanpa menatap Yoona lagi, Jonghyun segera berbalik dan melangkah pergi. Ia tahu bahwa Yoona menangis dibelakangnya, namun ia tetap tidak berhenti ataupun berbalik. Ia takut jika pendiriannya akan goyah jika kembali melihat airmata gadis itu.

Jonghyun ingin Yoona benar-benar yakin dengan perasaannya. Ia ingin Yoona bahagia, walaupun jika itu berarti Yoona tidak memilihnya.
.
Yoona menatap kertas kosong dihadapannya tanpa minat. Ia seharusnya mulai mengerjakan berbagai desain baru, tetapi baik tangan maupun otaknya sama-sama tidak mau bekerja. Pikirannya terus melayang ke berbagai hal.

Tadi pagi Yonghwa datang ke butiknya dan mengabarkan bahwa hari ini Jonghyun akan berangkat ke Inggris. Yonghwa dan Seohyun membujuk Yoona untuk ikut ke airport mengantarkan Jonghyun tetapi Yoona menolaknya. Jonghyun sama sekali tidak memberitahukan kabar keberangkatannya pada Yoona. Bukankah itu berarti ia tidak mengharapkan Yoona untuk mengantarkannya?

Selain itu, Yoona juga takut jika ia ikut mengantarkan kepergian Jonghyun, ia tidak akan sanggup menahan dirinya. Biar bagaimanapun, proyek di Inggris itu adalah suatu proyek besar dan sangat berpengaruh pada karir arsitektur Jonghyun. Yoona tidak ingin menahan Jonghyun dan membuatnya kehilangan kesempatan besar untuk karirnya.

“Eonni, apa kau yakin kau tidak akan menyesal?” tanya Seohyun lagi ketika ia dan Yonghwa akan berangkat menuju airport.

“Seohyun benar, Yoona-ya. Kau yakin tidak akan menyesali keputusanmu ini?” Yonghwa ikut bertanya.

“Ya, kurasa aku akan sangat menyesal. Aku akan menyesal jika membuatnya kehilangan peluang besar seperti ini,” jawab Yoona sambil mengulas senyum.

Yoona menghela napasnya dan menatap jarinya yang kosong. Mungkin Jonghyun benar. Mungkin ia memang harus memastikan perasaannya terlebih dulu. Sampai saat Jonghyun kembali nanti, Yoona berharap ia sudah sanggup mengatakan dengan lantang apa yang diinginkannya.

Suara ketukan pintu menyadarkan Yoona dari lamunannya. Salah satu pegawainya muncul dari balik pintu.

“Yoona-ssi, ada yang ingin bertemu denganmu,” kata pegawai itu.

“Siapa?” tanya Yoona dengan kening berkerut. Seingatnya ia tidak memiliki janji dengan siapapun hari ini.

“Ia bilang namanya Cho Kyuhyun,” jawab pegawai itu lagi.

Yoona semakin mengerutkan keningnya namun berkata, “ Baiklah. Suruh saja dia masuk.”

Beberapa saat kemudian Kyuhyun muncul dengan senyum yang setia menempel di wajahnya. Yoona berdiri dan mempersilahkan Kyuhyun untuk duduk di sofa. Yoona kemudian ikut duduk di sebelah Kyuhyun.

“Pegawaimu sama sekali tidak mengenaliku. Kurasa debutku tidak terlalu sukses, eh?” ucap Kyuhyun sambil tertawa.

Yoona ikut tertawa, “Kalau begitu, kau harus berusaha lebih keras lagi.”

“Kurasa begitu,” jawab Kyuhyun sambil sedikit termenung.

“Apa yang membawamu kemari untuk menemuiku?” tanya Yoona.

Wae? Apa aku tidak boleh menemuimu? Bukankah kau berkata bahwa kita teman?” balas Kyuhyun.

“Kau ini.” Yoona mulai gemas dengan sikap Kyuhyun yang menurutnya tidak pernah bisa serius.

Kyuhyun tertawa namun kemudian kedua matanya mengarah pada jari tangan Yoona yang kosong tanpa cincin pertunangannya. Yoona menyadari arah pandang Kyuhyun dan menarik tangannya seolah ingin menyembunyikannya.

“Aku sudah mendengar semuanya,” ucap Kyuhyun dan membuat Yoona menoleh ke arahnya dengan kedua alis terangkat.

“Jessica sudah menceritakan semuanya padaku,” lanjut Kyuhyun lagi.

Yoona menghela napasnya. Ia memang sudah menceritakan semuanya pada Seohyun dan juga kedua sahabatnya, Yuri dan Jessica. Namun ia tidak menyangka jika Jessica kemudian akan memberitahu Kyuhyun tanpa persetujuannya.

“Jangan salahkan Jessica. Ia bukan mendatangiku untuk membongkar rahasiamu, tetapi ia mendatangiku dan memarahiku. Ia berteriak padaku bahwa aku adalah orang yang sangat bodoh, tidak perasa, tidak peka. Ia juga memintaku untuk meninggalkanmu dan tidak mengganggumu lagi. Ia benar-benar sahabat yang baik, jadi jangan salah paham padanya,” jelas Kyuhyun sambil tertawa kecil.

“Lalu? Apa tujuanmu datang kemari?” tanya Yoona lagi.

“Untuk bertanya sekali lagi padamu. Aku berjanji, ini terakhir kalinya aku bertanya padamu. Jika keputusanmu masih sama, aku tidak akan pernah mengungkitnya lagi,” jawab Kyuhyun. “Apakah aku benar-benar sudah terlambat?”

Yoona hanya diam sambil menatap Kyuhyun selama beberapa saat. Sampai saat ini, ia sendiri masih belum yakin pada perasaannya. Setiap kali menatap Kyuhyun, Yoona masih bisa merasakan jantungnya berdebar lebih cepat. Namun keberadaan Jonghyun sendiri sudah menjadi suatu keharusan bagi Yoona.

“Aku masih serius dengan kata-kataku sebelumnya, Yoona-ya,” kata Kyuhyun lagi. “Aku menyukaimu. Aku mencintaimu.”

Kyuhyun bergerak mendekati Yoona. “Apa kau benar-benar sudah tidak memiliki perasaan apapun terhadapku?”

Yoona merasakan jantungnya berdebar semakin cepat seiring dengan Kyuhyun yang semakin bergerak mendekatinya. Otaknya terasa kosong ketika wajah Kyuhyun semakin mendekat dengan wajahnya. Ketika bibir mereka hampir bersentuhan, Yoona akhirnya berhasil mengerahkan tenaganya untuk mendorong Kyuhyun menjauh.

Mian. Mianhae. Mianhae, Kyuhyun-ah,” bisik Yoona sambil berusaha mengatur napasnya yang tersengal karena gugup.

Kyuhyun tidak berkata apa-apa, namun menggeser duduknya menjauhi Yoona. Ia tetap tidak melepaskan pandangan dari Yoona walaupun gadis itu menghindari pandangannya.

“Kyuhyun-ah,” ucap Yoona lambat-lambat, “aku pernah menyukaimu. Aku menyukaimu selama beberapa tahun lamanya. Di hari kelulusan kita, aku berencana untuk mengungkapkan perasaanku padamu, tetapi kau terlebih dulu berkata bahwa kau akan pergi ke luar negeri. Aku patah hati, terlebih ketika kau tidak pernah menghubungiku lagi. Walaupun begitu, aku tetap tidak bisa berhenti menyukaimu ataupun memikirkanmu.”

“Tetapi—“ Yoona mengalihkan pandangannya dari Kyuhyun dan menatap dinding di seberangnya dengan pandangan menerawang. “Jonghyun membuatku merasakan suatu perasaan yang berbeda. Perasaan yang kurasakan padanya berbeda dengan apa yang kurasakan padamu. Dan perasaan itu juga terus berkembang sampai sekarang.”

“Aku menyukaimu,” lanjut Yoona sambil kembali menatap Kyuhyun, “tetapi aku tidak bisa hidup tanpa Jonghyun.”

Kyuhyun balas menatap Yoona tanpa berkata apa-apa. Sesaat Yoona merasa sinar yang biasanya terpancar di kedua mata Kyuhyun menghilang, namun muncul kembali setelah beberapa detik. Laki-laki itu kemudian mulai tersenyum.

“Aku mengerti,” kata Kyuhyun sambil tertawa kecil. “Walaupun aku tidak mendapatkan jawaban yang kuharapkan, tetapi sepertinya kedatanganku tidak sia-sia kan?”

“Bukankah akhirnya kau bisa mengatakan perasaanmu yang sebenarnya? Bukankah itu berarti kau akhirnya tahu siapa yang kau inginkan?” lanjut Kyuhyun ketika Yoona menatapnya bingung. “Kupikir kau tidak perlu menunggu sampai dua bulan.”

“Kyuhyun-ah—“

“Tidak perlu berkata apa-apa, Yoona-ya. Aku sudah pernah mengatakannya padamu kan kalau aku sangat menyesal sudah meninggalkanmu. Tetapi jika aku tidak pernah meninggalkanmu, mungkin kau tidak akan pernah bertemu dengan Jonghyun. Jadi kurasa kau harus berterima kasih padaku,” ujar Kyuhyun dengan raut wajah yang dibuat serius.

Mianhae,” ucap Yoona.

Ya! Bukankah aku bilang supaya kau mengucapkan terima kasih? Kenapa malah meminta maaf?” tukas Kyuhyun.

Yoona tersenyum menanggapi reaksi Kyuhyun. Baginya, Kyuhyun masihlah Kyuhyun yang dulu. Orang yang selalu bisa membuatnya merasa lebih baik. Orang yang selalu ada untuk mendukungnya. Orang yang selalu bisa membantunya memecahkan persoalannya.

Gomawo, Kyuhyun-ah,” ucap Yoona tulus.

Kyuhyun mengacak rambut Yoona sambil tersenyum. “Berjanjilah padaku kalau kau akan bahagia, Yoona-ya.”

Yoona mengangguk sambil balas tersenyum lebar. “Kau juga harus menemukan kebahagianmu,” balasnya.
.
“Jadi begitulah proyek ini akan dikerjakan. Saya rasa ini adalah rencana yang luar biasa dan bisa memberikan keuntungan yang berlipat dari modal yang dikeluarkan untuk membangunnya,” ucap Jonghyun setelah menyelesaikan presentasinya.

Berbagai orang yang hadir mendengarkan presentasi Jonghyun bertepuk tangan dan beberapa bahkan menganggukkan kepala mereka puas.

“Terima kasih Mr. Lee. Kami sangat senang sekali memiliki kesempatan untuk bekerja sama dengan Anda. Kemampuan Anda memang sangat luar biasa,” puji salah satu direktur sambil menjabat tangan Jonghyun.

“Terima kasih. Saya juga merasa senang mendapatkan kesempatan menangani proyek besar seperti ini. Saya berjanji tidak akan mengecewakan Anda,” balas Jonghyun.

Seusai meeting, Jonghyun kembali ke ruangan yang menjadi kantor sementaranya selama berada di London. Ia kemudian membereskan berkas-berkas yang perlu dibawa pulang untuk dikerjakan. Sebelum keluar dari ruangannya, ia melirik sekilas kalender yang tergantung di sebelah pintu. Sudah dua minggu ia berada di London, dan itu artinya sudah dua minggu juga ia meninggalkan Seoul dan Yoona.

Jonghyun menghela napasnya sambil berjalan keluar kantornya. Baru dua minggu berlalu tetapi ia sudah begitu merindukan gadis itu. Ia merindukan tawa lepas Yoona. Ia merindukan celotehan gadis itu. Ia bahkan merindukan wajah cemberut gadis itu. Segala sesuatu yang ada dalam diri Yoona membuatnya rindu. Jika seperti ini, bagaimana mungkin ia sanggup hidup tanpa Yoona disampingnya?

Entah sudah berapa kali ia nyaris pergi ke bandara dan terbang kembali ke Korea. Terkadang Jonghyun berpikir apakah tindakan yang dilakukannya itu tepat atau tidak. Apakah ia benar-benar akan merelakan Yoona jika gadis itu ternyata lebih memilih Kyuhyun dibandingkan dirinya? Apakah ia benar-benar sudah siap melepaskan Yoona untuk selamanya?

Suasana kantornya sudah mulai sepi. Saat itu jam kerja memang sudah habis, bahkan senja sudah mulai turun. Jonghyun memang tinggal lebih lama karena meeting-nya tadi. Tapi itu tidak menjadi masalah baginya. Bekerja adalah satu-satunya cara yang ampuh untuk mengalihkan pikirannya dari Yoona.

Ya! Lee Jonghyun!”

Jonghyun berhenti melangkah ketika mendengar suara yang tidak asing baginya. Ia pasti sudah begitu merindukan gadis itu sampai-sampai ia merasa mendengar suara Yoona memanggilnya. Jonghyun memejamkan matanya sesaat dan kembali menghela napas. Ia kemudian kembali melangkahkan kakinya.

Ya! Lee Jonghyun! Aku memanggilmu!”

Jonghyun kembali berhenti melangkah. Kedua matanya mengerjap bingung. Suara itu terdengar begitu nyata di telinganya. Perlahan ia mulai berbalik dan menatap lurus ke depan. Disana, sekitar lima meter jauhnya, Im YoonA berdiri dan tersenyum padanya.

Jonghyun masih mengerjapkan kedua matanya tidak percaya. Rasa rindunya pasti sudah terlampau dalam sampai-sampai ia berhalusinasi bahwa Yoona ada di depannya, tersenyum dan berjalan mendekatinya.

Bayangan Yoona berdiri tepat di hadapannya sambil tetap tersenyum. Ia kemudian merasa Yoona memeluknya dan berbisik di telinganya, “Bogoshiposeo.

Jonghyun menjatuhkan tasnya dan perlahan mengangkat tangannya untuk balas memeluk Yoona. Ketika tangannya menyentuh punggung gadis itu, barulah ia menyadari bahwa Yoona memang berdiri di hadapannya. Yoona yang sedang memeluknya saat ini bukanlah halusinasi semata.

Nado.” Jonghyun balas berbisik sambil mengeratkan pelukannya. “Neomu, neomu bogoshiposeo.

“Jangan pernah mengujiku seperti ini lagi,” kata Yoona dengan nada kesal. “Jangankan dua bulan, baru dua minggu hidup tanpamu saja sudah nyaris membuatku gila. Apa kau mau tahu bagaimana caranya aku bertahan hidup selama dua minggu ini?”

“Aku tahu,” balas Jonghyun sambil tersenyum dan melepaskan pelukannya. “Yang kau alami pasti tidak jauh berbeda dariku.”

Yoona mengerucutkan bibirnya dengan cara yang sangat dirindukan Jonghyun. “Kalau kau benar-benar mencintaiku, jangan pernah lakukan hal ini lagi. Kau akan benar-benar membuatku gila jika kau melakukannya lagi,” ujar Yoona.

“Kenapa kau bisa berada disini?” tanya Jonghyun. “Dan bagaimana kau bisa mengetahui alamat kantorku?”

“Yonghwa oppa,” jawab Yoona. Jonghyun menggelengkan kepalanya. Ia sudah bisa menduganya. Satu-satunya orang yang mengetahui kabarnya selama berada di London adalah Yonghwa.

“Dan tentang bagaimana aku bisa berada disini—“ lanjut Yoona. “bukankah aku sudah mengatakannya tadi? Aku tidak bisa menunggu sampai dua bulan. Aku tidak sanggup bahkan hanya untuk dua minggu hidup tanpamu. Bagaimana mungkin aku bisa menunggu sampai dua bulan?”

“Lagipula aku sudah membuat keputusan dan aku sudah yakin dengan perasaan dan pilihanku. Jika kau belum bisa datang menemuiku, maka aku yang harus datang menemuimu,” terang Yoona dan membuat Jonghyun mengangkat kedua alisnya.

Tanpa menunggu balasan Jonghyun, Yoona sudah menarik tangan kiri Jonghyun sambil membuka telapak tangannya sendiri, memperlihatkan cincin pertunangan mereka. Yoona kembali memakaikan cincin itu ke jari manis tangan kiri Jonghyun.

“Aku memilihmu,” ucap Yoona sambil tersenyum. “Kepergianmu membuatku menyadari satu hal. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Apakah itu cukup untuk meyakinkanmu? Bahwa aku sangat mencintaimu dan hanya mencintaimu.”

Jonghyun menatap kedua mata Yoona yang tampak bersinar penuh keyakinan. Ia lalu memasukkan tangan kedalam kemejanya dan menarik keluar rantai kalung yang dipakainya. Ia melepaskan kalungnya dan mengeluarkan cincin milik Yoona yang ia gunakan sebagai ganti bandul kalung itu. Jonghyun kemudian kembali memasangkan cincin itu di jari manis tangan kiri Yoona.

Yoona menatap tangan kirinya yang sudah kembali terisi dengan cincin pertunangannya. Senyum bahagia mengembang di wajahnya. Ia benar-benar sudah yakin dengan keputusannya. Ia sangat mencintai Jonghyun. Jonghyun adalah satu-satunya orang yang membuatnya tidak bisa hidup tanpanya.

“Jangan pernah kau melakukan hal seperti ini padaku lagi. Aku sudah nyaris gila hidup selama dua minggu tanpamu. Apa kau tahu bahwa aku bahkan sama sekali tidak bisa bekerja dengan benar? Apa kau mau bertanggung jawab jika aku tidak bisa menghasilkan satu desain—“

Yoona berhenti berbicara karena tiba-tiba saja Jonghyun menginterupsinya dengan ciuman di bibirnya. Perlahan Yoona mulai menutup matanya dan membalas ciuman Jonghyun.

Jonghyun tersenyum ditengah ciuman mereka. “Aku tidak akan melakukannya lagi,” bisiknya. “Apa kau tahu bahwa aku juga nyaris gila hidup tanpamu selama dua minggu ini?”

Saranghaeyo, Im YoonA,” ucap Jonghyun sebelum kembali menarik Yoona ke dalam ciumannya.
.

THE END
.
Please leave your comment :)

1 komentar:

  1. I love this storyyy :))
    Sweet bangettt :D
    Ditunggu fanfics Jongyoon selanjutnya ><
    Fighting authornim!^^

    BalasHapus

Visitors