Welcome to Felicia Rena's World. I hope you like this world. Thanx for visiting...

I Choose to Love You - Part 1


Title: I Choose to Love You
Author: Felicia Rena
Rating: 13+/T
Genre: Romance, Hurt/Comfort
Main Cast: Im Yoona, Lee Jonghyun, Cho Kyuhyun
Other Cast: Seo Joo Hyun, Kwon Yuri, Jessica Jung, Jung Yonghwa
NO PLAGIAT, Please...:)
.
.
.
Malam sudah semakin larut namun gadis itu masih belum bisa memejamkan matanya. Tangan kanannya masih sibuk menggenggam pensil yang menari dengan lincah di atas lembaran kertas. Goresan-goresan yang dihasilkan dari pensilnya membentuk sebuah desain gaun pengantin yang cantik.

Gadis itu—Im YoonA, sesekali mengerling ke arah jam kecil di atas mejanya. Ia tahu bahwa saat ini waktu sudah menunjukkan hampir pukul dua belas malam tetapi ia tetap melanjutkan pekerjaannya. Saat ini gadis itu merasa bahwa otaknya sedang dipenuhi berbagai macam ide untuk gaun pengantin yang sedang didesainnya. Ia akan merasa sangat menyesal jika kehilangan ide-ide itu, maka ia langsung menuangkannya ke dalam kertas. Bukan hanya sekali-dua kali ia merutuki kemampuannya yang baru bisa mengeluarkan ide-ide kreatif menjelang tengah malam.

Yoona berhenti menggerakkan pensilnya. Kedua matanya menelusuri setiap garis yang ditorehkannya ke dalam desain gaunnya. Tanpa sadar ia mulai menggigiti ujung pensilnya—seperti yang dilakukannya setiap kali ia merasa kurang puas dengan hasil desainnya.

“Kenapa rasanya seperti ada yang kurang?” desah Yoona pelan.

Tangan kirinya menggaruk tengkuk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Matanya masih belum lepas mengamati desainnya. Gaun panjang itu didesain tanpa lengan dengan banyak hiasan manik-manik yang tampak cantik walaupun masih berupa coretan pensil.

“Seo Joo Hyun, kau harus membayarku mahal untuk ini,” gerutu Yoona.

Pikiran gadis itu melayang pada kejadian dua minggu yang lalu. Saat itu sahabatnya, sekaligus asistennya—Seo Joo Hyun, memberitahukan kabar bahagia pada Yoona. Sahabatnya itu baru saja dilamar oleh kekasihnya yang seorang pengusaha—Jung Yonghwa. Sebagai sahabat yang baik, tentu saja Yoona ikut berbahagia untuk sahabatnya. Tetapi Yoona segera mengganti mood-nya ketika tiba-tiba sahabatnya itu memintanya untuk mendesain gaun pengantinnya.

“Seohyun-ah, kau tahu kalau aku bukan desainer gaun pengantin!” tolak Yoona waktu itu.

“Aku yakin kau pasti bisa mendesainnya, eonni. Kau adalah desainer paling berbakat yang pernah ku kenal.” Seohyun tetap bersikeras pada pilihannya.

“Tapi aku sama sekali belum pernah mendesain gaun pengantin! Aku bisa megenalkanmu pada temanku yang seorang desainer gaun pengantin.” Yoona mencoba untuk menawar permintaan Seohyun.

“Tidak mau, eonni. Jangan bohong padaku. Aku pernah melihat satu desain gaun pengantin di antara arsip-arsip lamamu. Gaun itu bagus sekali! Simpel tapi berkelas! Kenapa kau tidak mencoba untuk mendesain gaun pengantin mulai sekarang?” tanya Seohyun.

“Itu—“ Yoona tidak bisa menjawab pertanyaan Seohyun. Memang benar kalau dulu—dulu sekali—ia pernah mendesain sebuah gaun pengantin. Saat itu Yoona hanya iseng-iseng menuangkan imajinasinya tentang gaun pengantin yang akan dikenakannya di hari pernikahannya nanti.

“Kenapa kau tidak mendesainnya sendiri sih? Kau kan juga desainer.” Yoona balik bertanya.

“Aku belum mencapai levelmu, eonni. Aku ingin kau yang mendesain gaun pengantinku.” Seohyun menegaskan kembali permintaannya. “Kumohon, eonni.”

Yoona menghela napasnya. “Baiklah,” ucapnya. “Tapi kau tetap harus membayar desainku.”

“Aku mengerti! Gomawoyo, eonni!” kata Seohyun sambil memeluk Yoona dan tersenyum senang.

Kini Yoona menyesali keputusannya sendiri. Apa yang ia pikirkan waktu itu sampai ia menyanggupi permintaan Seohyun? Yoona memang sudah sering sekali menerima pesanan untuk desain gaun, tetapi—hei!—mendesain gaun pengantin adalah beban berat. Setiap gadis pasti ingin mengenakan gaun paling indah di hari pernikahannya. Bagaimana kau bisa membuatnya menjadi desain gaun paling indah untuk orang lain jika kau sendiri masih menanti kesempatan untuk bisa mengenakannya suatu hari nanti?

“Ah, sudahlah!” Yoona akhirnya menyerah dan meletakkan pensilnya di atas meja. Ia merasa sudah tidak ada lagi ide yang bisa dikuras dari otaknya yang butuh istirahat.

Ketika sudah berhenti bekerja, Yoona baru menyadari betapa lelah tubuhnya. Gadis itu langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Kedua matanya yang terasa sangat berat segera dipejamkannya. Tidak lebih dari satu menit, gadis itu sudah terbang ke alam mimpinya.
.
Yoona memasuki butik yang juga merangkap sebagai kantornya dengan langkah berat. Tubuhnya masih memberontak ingin istirahat, tetapi ia tidak mungkin meliburkan diri hari ini. Tidak disaat banyak pesanan datang seperti saat ini. Terlebih lagi, baru-baru ini Yoona didapuk menjadi salah satu desainer untuk sebuah agensi perusahaan hiburan ternama di Korea Selatan. Karena itu Yoona perlu menguras otaknya lebih lagi untuk menghasilkan model-model terbaru yang bisa menjadi trendsetter.

Eonni, kau sudah datang!” Seperti biasa, Seohyun yang selalu datang lebih awal akan menyambut kedatangan Yoona.

“Kau terlihat lelah sekali, eonni? Apakah kau kurang tidur?” tanya Seohyun yang tampak cemas.

Jika saja Yoona tidak melihat wajah Seohyun yang tampak polos dan cemas, mungkin ia akan meledak di hadapan gadis itu. Memangnya ia pikir gara-gara pesanan siapa ia sampai kurang tidur seperti ini?

“Aku tidak apa-apa,” jawab Yoona. “Apakah kasmir yang kemarin kita pesan sudah datang?”

Seohyun menggelengkan kepalanya. “Belum. Aku sudah menanyakannya dan mereka bilang akan mengirimnya siang ini.”

“Baiklah kalau begitu.” Yoona menganggukkan kepalanya sambil berlalu masuk ke dalam ruangan yang menjadi kantornya.

Yoona baru saja duduk dan mengeluarkan berkas-berkasnya ketika Seohyun tiba-tiba muncul di depan pintu ruangannya.

“Ah, eonni, aku lupa mengatakan sesuatu.” ucap Seohyun. Seulas senyum terukir jelas di wajah gadis itu.

“Setelah makan siang nanti, aku ijin keluar sebentar saja. Aku dan Yonghwa oppa akan melihat-lihat gedung untuk resepsi pernikahan kami,” lanjut Seohyun. Kedua pipinya tampak merona ketika ia mengatakan hal itu.
“Baiklah, kau boleh pergi. Tapi pastikan kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu sebelum meninggalkan tempat ini,” balas Yoona.

Gomawoyo, eonni!” seru Seohyun sambil tersenyum lebar.

Yoona menggeleng-gelengkan kepalanya setelah Seohyun pergi. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. Sebenarnya ia merasa sangat iri pada Seohyun. Gadis itu satu tahun lebih muda darinya tetapi sudah akan mendahuluinya menikah.

Yoona sendiri sejak dulu selalu bercita-cita untuk menikah di usia 27 tahun dan tahun ini ia sendiri sudah menginjak usia 27 tahun. Bukannya Yoona tidak memiliki seseorang yang bisa dijadikan calon suami. Hanya saja kekasihnya, Lee Jonghyun, sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda akan melamarnya.

Tidak ingin membuang waktunya dengan meratapi nasib, Yoona segera menyibukkan dirinya. Hari ini ia harus menyelesaikan beberapa desain yang sudah ditagih oleh pemesannya. Oleh karena itu Yoona benar-benar tidak punya waktu untuk bersantai hari ini.

Menjelang makan siang, Yoona berhasil menyelesaikan sebagian besar pekerjaannya. Seohyun sudah keluar sejak beberapa belas menit yang lalu setelah Yonghwa menjemputnya. Walaupun akan pergi dengan calon suaminya, tetapi Seohyun masih sempat mengingatkan Yoona supaya tidak lupa makan siang. Perhatian kecil itu mau tidak mau membuat Yoona tersenyum.

“Sepertinya aku harus melewatkan makan siang lagi,” keluh Yoona setelah melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah satu siang.

Yoona menghela napas untuk kesekian kalinya hari itu. Berikutnya tangannya sudah menggerakkan pensil di atas lembaran desainnya dan memberikan sentuhan di berbagai tempat. Yoona berusaha mengabaikan rasa lapar yang mulai menggerayangi perutnya dengan menyelesaikan desainnya. Sayangnya, perutnya yang lapar rupanya tidak bisa diajak berkompromi.

“Aaah!” Yoona menggertak kesal sambil melempar pensilnya ke atas meja. Rasa lapar, ngantuk dan lelah yang dirasakannya sukses membuat mood-nya turun drastis.

“Kenapa kau marah-marah sendiri seperti itu?”

Yoona tersentak kaget mendengar suara berat yang tiba-tiba muncul. Ia menoleh ke arah sumber suara dan melihat seorang laki-laki sedang berdiri di ambang pintu ruangannya sambil tersenyum geli.

“Jonghyun-ah!” Yoona melompat berdiri dan setengah berlari menghampiri Jonghyun yang sudah merentangkan kedua tangannya.

“Kau sudah pulang dari Jepang?” tanya Yoona yang langsung menyusup masuk ke dalam pelukan Jonghyun.
Lee Jonghyun—kekasih Yoona, adalah seorang arsitek muda yang cukup terkenal. Beberapa kali ia bahkan mendapat pesanan dari beberapa negara seperti Jepang, China dan Thailand. Kabarnya beberapa perusahaan arsitektur di Eropa bahkan sudah melirikya untuk di ajak bekerja sama.

“Tentu saja. Kalau belum, lalu bagaimana caranya aku bisa berada di tempat ini?” kekeh Jonghyun.

“Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau akan pulang hari ini? Bukankah rencananya kau baru akan pulang besok lusa?” tanya Yoona lagi.

Wae? Memangnya kau tidak senang kalau aku pulang lebih awal?” balas Jonghyun.

“Bukan itu maksudku!” Yoona memukul pelan lengan Jonghyun dan membuat laki-laki itu semakin terkekeh geli.

“Ada perubahan rencana. Pekerjaan disana ternyata bisa diselesaikan lebih awal, jadi aku bisa kembali lebih cepat,” jelas Jonghyun.

Yoona membentuk huruf ‘O’ bulat dengan mulutnya sambil menganggukkan kepalanya. Gadis itu lalu menarik Jonghyun untuk duduk di depan meja kerjanya sementara ia kembali menghadapi pekerjaannya.
“Apa kau sudah makan siang?” tanya Jonghyun.

Yoona yang sudah kembali tenggelam dalam pekerjaannya hanya menggeleng sebagai jawaban.

“Sudah kuduga,” kata Jonghyun. “Aku tahu kau pasti melewatkan makan siangmu lagi, jadi kubawakan ini.”
Jonghyun meletakkan kantung plastik hitam yang sejak tadi di genggamnya di atas meja. Yoona menghentikan kegiatannya dan mengawasi Jonghyun yang mengeluarkan dua kotak nasi dari dalam kantung plastik.

“Sebenarnya aku membelinya di bandara karena aku kelaparan setelah turun dari pesawat. Aku langsung pergi kesini dari bandara, jadi aku tidak sempat mampir kemana-mana. Aku sudah menduga kau pasti belum makan siang, jadi aku juga membeli satu untukmu. Sekarang hentikan dulu pekerjaanmu dan ayo kita makan. Kau tahu kalau aku tidak bisa makan sendirian kan?” ujar Jonghyun.

Yoona tersenyum lebar menatap Jonghyun yang sudah mulai membuka kotak nasi-nya. Kekasihnya itu bukan tipe orang yang romantis seperti Yonghwa—kekasih Seohyun, tetapi Yoona selalu menyukai perhatian-perhatian kecil yang diberikan Jonghyun untuknya dengan cara laki-laki itu sendiri.

Merasa ditatap, Jonghyun mengangkat kepalanya dan melihat Yoona yang belum melepaskan pandangan dan senyumnya.

Wae?” tanya Jonghyun.

Ani,” jawab Yoona yang masih tersenyum sambil mengambil kotak nasinya dan membukanya. “Gomawo.”

Cheonma,” balas Jonghyun.
.
“Ah, jadi Seohyun akan menikah?” ulang Jonghyun.

Ne. Dan dia memintaku untuk mendesain gaun pernikahannya,” lanjut Yoona.

Yoona dan Jonghyun baru saja selesai makan malam bersama di rumah makan Jepang favorit mereka yang berada di sekitar sungai Han. Seperti biasanya, selesai makan malam, mereka akan berjalan berdua menyusuri sungai Han sambil berbagi cerita. Walaupun dalam hal itu Jonghyun akan lebih banyak diam dan membiarkan Yoona mendominasi obrolan mereka. Jonghyun tidak pernah keberatan akan hal itu karena pada dasarnya ia bukanlah orang yang banyak bicara.

“Memangnya kau mendesain gaun pengantin?” tanya Jonghyun yang mengernyitkan dahinya.

“Tidak,” jawab Yoona sambil mendesah. “Sebenarnya tidak. Tetapi Seohyun memintanya secara khusus padaku dan aku tidak bisa menolaknya.”

“Kenapa Seohyun memintanya padamu? Bukankah seharusnya ia tahu kalau kau tidak mendesain gaun pengantin?” tanya Jonghyun lagi.

Laki-laki itu menoleh ke arah Yoona yang menghembuskan napas kedinginan. Angin malam yang berhembus malam ini memang lebih dingin daripada biasanya. Sembari tetap berjalan, Jonghyun menggenggam tangan kanan Yoona dan memasukkannya ke dalam saku jaket kulitnya. Sesekali ia akan mengusap punggung tangan Yoona yang berada di dalam sakunya, mencoba untuk memberikan rasa hangat pada gadis itu.

Yoona sedikit terkejut ketika Jonghyun tiba-tiba meraih tangannya, menggenggamnya dan memasukannya ke dalam saku jaket laki-laki itu. Ketika Jonghyun mengusap punggung tangannya yang berada di dalam saku arsitek muda itu, Yoona merasakan kehangatan menyelimuti tubuhnya yang sebelumnya merasa kedinginan.

Yoona menggigit bibirnya selama beberapa saat ketika memutuskan apakah akan menceritakan alasan sebenarnya pada Jonghyun atau tidak. Sejujurnya Yoona merasa malu jika harus bercerita mengenai hal itu pada orang lain, termasuk Jonghyun.

“Sebenarnya—“ Yoona kembali merasa bimbang namun tetap melanjutkan, “Seohyun pernah menemukan desain lamaku. Desain yang kubuat sudah lama sekali, sejak aku masih SMA. Itu adalah desain gaun pengantin yang ingin aku pakai di hari pernikahanku nanti.”

Yoona terus menundukkan kepalanya memandang trotoar sembari mengatakan hal itu. Walaupun sangat ingin tahu, namun ia tidak bisa menatap Jonghyun untuk mengetahui ekspresi laki-laki itu. Selama hampir lima tahun menjalin hubungan dengan Jonghyun, tidak pernah sekalipun mereka membicarakan hal-hal tentang pernikahan ataupun yang berhubungan dengan itu.

Bukannya mereka berdua tidak memiliki tujuan untuk menikah, hanya saja terkadang mereka masih merasa belum siap untuk jenjang itu. Baik Yoona maupun Jonghyun masih memiliki karir yang boleh dikatakan berada di puncak. Masih banyak yang ingin mereka lakukan untuk mencapai tempat yang lebih tinggi. Atau setidaknya begitulah yang Yoona pikirkan mengenai Jonghyun. Karir laki-laki itu sebagai seorang arsitek begitu cemerlang dan Yoona yakin bahwa pernikahan bukanlah prioritas bagi Jonghyun saat ini.

“Begitukah?” Suara Jonghyun masih terdengar seperti biasa. Berat dan tenang.

Sesaat mereka berdua terdiam. Yoona masih belum sanggup untuk mengangkat kepalanya. Jonghyun yang mengetahui bahwa Yoona sedang menghindari kontak matanya hanya tersenyum geli namun tidak berkata apa-apa. Mereka berdua masih berjalan menyusuri sungai Han, dibawah kerlap-kerlip lampu jembatan yang membuat tempat itu menjadi salah satu tempat romantis untuk menghabiskan waktu bersama pasangan.

“Yoona-ya,” panggil Jonghyun sambil tetap melangkahkan kakinya. “Apa kau pernah memikirkan tentang pernikahan?”

Ne?” Yoona mengangkat kepalanya dengan kaget dan menatap Jonghyun tidak percaya. Kini giliran Jonghyun yang menolak untuk menatap langsung Yoona.

Jonghyun tiba-tiba berhenti berjalan dan berbalik menghadap Yoona. Ia mengeluarkan tangan Yoona yang masih berada dalam genggamannya dari dalam sakunya dan menggenggamnya erat. Kedua matanya menatap Yoona dengan lebih tajam daripada biasanya.

“Kau tahu sendiri kalau aku bukan orang yang romantis.” Jonghyun mulai bicara. “Tapi ada suatu hal yang sangat ingin kusampaikan padamu sejak dulu. Aku selalu berpikir bagaimana aku bisa mengatakannya sekaligus membuatmu terkesan, tetapi itu hanya membuatku terus menunda. Jadi kupikir, mungkin sekarang sebaiknya aku mengatakannya padamu dengan caraku sendiri.”

Yoona balas menatap Jonghyun dan menunggu laki-laki itu melanjutkan kata-katanya. Sementara itu Jonghyun memasukkan tangan kirinya ke dalam sakunya yang lain.

Jonghyun mengangkat tangan kirinya yang menggenggam tangan kanan Yoona dan membuat telapak tangan gadis itu terbuka. Jonghyun meletakkan sesuatu ke dalam telapak tangan Yoona dan langsung menutupnya sebelum Yoona bisa melihat benda apa itu.

“Aku selalu membawanya kemana-mana dengan harapan aku bisa langsung memberikannya padamu jika aku merasa memiliki momen yang tepat. Aku tidak tahu apakah saat ini tepat atau tidak, tetapi aku merasa bahwa aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi,” ucap Jonghyun.

Jonghyun tersenyum lembut pada Yoona sebelum melepaskan genggaman tangannya. Yoona menatap Jonghyun dengan bingung sebelum membuka kepalan tangannya sendiri dengan perlahan. Yoona terbelalak ketika mendapati sebuah cincin tergeletak dengan manisnya di atas telapak tangannya.

“Im YoonA, kau mengenalku selama lebih dari tujuh tahun. Kau tahu benar segala kelebihan dan kekuranganku. Seperti yang aku katakan tadi, kau tahu kalau aku bukan orang yang romantis. Kau juga tahu bahwa aku bukan orang yang suka bersih-bersih,” lanjut Jonghyun sambil tersenyum. “Aku mungkin tidak akan pernah melakukan semua hal yang semua wanita inginkan pada umumnya. Dengan mempertimbangkan semua hal itu, apakah kau masih mau menghabiskan sisa hidupmu denganku?”

Yoona menatap Jonghyun dengan mulut yang sedikit terbuka. Kedua matanya mulai terasa panas dan berair. Sebagian dari dirinya merasa sangat bahagia dan sebagian yang lain merasa belum percaya dengan semua yang baru saja didengarnya. Lee Jonghyun baru saja melamarnya!

“Apakah aku sedang bermimpi?” bisik Yoona pelan sementara airmata mulai menggenang di pelupuk matanya. “Kenapa semuanya terlihat kabur?”

Ya! Lee Jonghyun! Pertanyaan macam apa yang baru saja kau tanyakan? Aku tidak akan membuang waktuku selama beberapa tahun terakhir bersamamu jika aku tidak ingin menghabiskan sisa hidupku denganmu,” lanjut Yoona.

Jonghyun hanya tersenyum sembari menghapus arimata yang baru saja mengalir di pipi Yoona. Kemudian ia mengambil cincin yang belum berpindah tempat dari telapak tangan Yoona dan meraih tangan kiri gadis itu. Dengan perlahan Jonghyun memakaikan cincin itu di jari manis tangan kiri Yoona dan membuat gadis berambut panjang itu kembali meneteskan airmatanya.

“Kau tidak pernah tahu berapa lama aku menantikan hari ini datang,” bisik Yoona lagi. “Tapi aku akan jujur dengan mengatakan bahwa aku juga tidak menyangka kalau hari ini akan datang secepat ini.”

“Sejujurnya, aku bahkan berpikir bahwa kau sama sekali tidak memikirkan tentang pernikahan,” ujar Yoona. “Terlebih lagi dengan karirmu yang sedang berada di puncak seperti saat ini. Aku beranggapan bahwa kau mungkin akan menganggap pernikahan hanya akan menghambat karir dan impianmu.”

“Menjadi seorang arsitek seperti sekarang adalah cita-citaku sejak masih kecil,” balas Jonghyun sambil menggenggam kedua tangan Yoona dengan erat. “Tetapi sejak bertemu denganmu, aku hanya berharap aku bisa mencapai semua impianku bersamamu.”

Yoona tertawa pelan di tengah isakannya. “Kau memang laki-laki paling tidak romantis yang ku kenal, Lee Jonghyun. Tetapi hatiku tidak pernah salah memilihmu.”

Jonghyun balas tersenyum dan menarik Yoona ke dalam pelukannya. Tangannya membelai lembut rambut panjang Yoona. Ia kemudian berbisik di telinga gadis itu, “Saranghaeyo, Yoona-ya.”

Saranghaeyo, Jonghyun-ah.”
.
Dua bulan berlalu sejak Jonghyun melamar Yoona. Selama dua bulan terakhir ini mereka sudah cukup sering mendiskusikan konsep pernikahan mereka. Dengan memperhitungkan segala kesibukan mereka berdua, tidak mungkin bagi mereka untuk menggelar pernikahan dalam waktu dekat. Karena itulah mereka memutuskan untuk menggelar pernikahan mereka pada musim semi yang akan datang. Dengan begitu mereka masih akan memiliki waktu sekitar setengah tahun lebih untuk mempersiapkan semuanya.

Yoona sudah menyelesaikan desain gaun pengantin Seohyun beberapa hari sejak Jonghyun melamarnya. Penantiannya yang membuahkan hasil rupanya berhasil mengubah semua mood jelek Yoona selama beberapa hari terakhir menjadi luar biasa bagus. Yoona segera menyelesaikan desain untuk gaun pengantin Seohyun supaya ia sendiri bisa mendesain gaun untuk pernikahannya nanti. Sementara itu, Seohyun sendiri akan melangsungkan pernikahannya sekitar tiga bulan mendatang.

Eonni, bagaimana? Sudah sampai sejauh mana persiapan pernikahanmu?” tanya Seohyun saat jam makan siang.

Seperti biasanya, jika sedang makan siang berdua, Yoona dan Seohyun akan mengobrol tentang persiapan pernikahan masing-masing. Seohyun yang sudah beberapa langkah lebih maju daripada Yoona dalam mempersiapkan pernikahan banyak memberikan masukan pada Yoona.

“Entahlah, sejauh ini kami baru menentukan tanggal. Berhubung pernikahan kami akan dilangsungkan pada musim semi, kami sepakat untuk melangsungkan resepsi secara outdoor. Tetapi selain itu kami belum memutuskan soal katering, undangan dan yang lainnya. Bahkan kami belum mencari baju pengantin,” cerita Yoona.

“Jadi akhirnya Jonghyun oppa setuju untuk melangsungkan resepsi secara outdoor?” tanya Seohyun sambil tertawa kecil. “Aku masih ingat eonni bercerita bahwa kalian nyaris bertengkar hanya gara-gara meributkan soal indoor atau outdoor.”

“Ya, akhirnya dia mengalah padaku,” jawab Yoona dengan senyum kemenangan.

“Kapan eonni akan mulai mencari katering? Kalau eonni mau, aku punya beberapa referensi yang mungkin bisa berguna,” tawar Seohyun.

“Entahlah. Aku sendiri belum sempat bertemu lagi dengan Jonghyun, jadi kami belum bisa merundingkan hal-hal lain. Kau tahu sendiri akan seperti apa jadinya jika aku berunding dengannya lewat telepon. Kejadiannya akan sama dengan peristiwa indoor-outdoor itu,” ujar Yoona sambil tertawa.

“Tetapi nanti malam kalian akan bertemu kan? Ia sudah berjanji untuk menemani eonni pergi ke acara reuni SMA eonni nanti malam,” ujar Seohyun.

Yoona mengangguk sambil menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya. Nanti malam adalah acara reuni SMA pertamanya dan ia memang sudah mengajak Jonghyun untuk pergi bersama. Biar bagaimanapun, sepuluh tahun adalah waktu yang cukup lama untuk mengubah seseorang. Sebagian besar dari teman-temannya pasti sudah berkeluarga. Yoona juga ingin mengenalkan calon suaminya pada teman-temannya.

“Sejujurnya aku agak terkejut ketika eonni bilang bahwa Jonghyun oppa mau menemani eonni pergi ke acara reuni itu. Sepengetahuanku dan sepanjang aku mengenalnya, Jonghyun oppa tidak pernah tertarik dengan acara-acara seperti itu. Ia bahkan tidak pernah pergi ke acara reuni SMA-nya sendiri,” ucap Seohyun sembari merenung.

Seohyun memang sudah mengenal Jonghyun sejak masih kecil. Mereka berdua bertetangga dan banyak menghabiskan masa kecil bersama. Jonghyun selalu berperan sebagai kakak yang baik bagi Seohyun. Jonghyun juga adalah orang yang mengenalkan Yonghwa pada Seohyun sementara Seohyun sendiri adalah orang yang mengenalkan Yoona pada Jonghyun. Hanya saja Seohyun dan Jonghyun sudah tidak sedekat dulu lagi sejak memiliki pasangan masing-masing.

“Awalnya ia memang menolak.” Yoona mengangguk mengiyakan. “Tetapi aku memaksanya sampai ia setuju.”

“Ah, ia memang lemah pada eonni,” celetuk Seohyun yang disambut dengan tawa oleh Yoona.

“Aku sudah menyiapkan gaun yang eonni minta. Eonni pasti akan terlihat sangat cantik sekali memakai gaun itu. Aku berani menjamin kalau Jonghyun oppa tidak akan melepaskan pandangannya dari eonni jika eonni memakainya nanti malam,” lanjut Seohyun.

“Benarkah? Gomawo, Seohyun-ah,” balas Yoona sambil tersenyum senang.

Cheonmaneyo, eonni. Jangan lupa untuk menceritakan semuanya padaku besok,” kata Seohyun dengan senyum jahil yang sangat langka ia keluarkan.
.
Pukul setengah tujuh tepat, Jonghyun menjemput Yoona di apartemen gadis itu. Acara reuninya sendiri akan dimulai pukul tujuh.

Jonghyun mengangkat kedua alisnya terpana melihat penampilan Yoona malam itu. Yoona mengenakan gaun pendek selutut berwarna hitam. Sebenarnya desain gaun itu cukup simpel, tetapi Yoona tetap memilihnya karena ia tahu bahwa Jonghyun lebih suka melihatnya dalam balutan busana yang simpel. Yoona juga membiarkan rambut cokelat panjangnya tergerai rapi.

“Kenapa? Aku cantik kan?” tanya Yoona sambil tersenyum menggoda pada Jonghyun.

Jonghyun hanya tertawa menanggapi godaan Yoona. Ia kemudian membuka pintu mobilnya dan membiarkan Yoona masuk ke dalam.

Ya! Lee Jonghyun! Kenapa kau tidak mengatakan apa-apa? Apakah kau sama sekali tidak berniat memujiku?” Yoona memanyunkan bibirnya dan melipat tangannya di depan dada.

Sejak berangkat dari apartemennya sepuluh menit yang lalu, Yoona terus menunggu Jonghyun melontarkan komentar tentang penampilannya malam ini. Namun rupanya Jonghyun lebih memilih untuk diam seribu bahasa.

“Kau terlihat jelek jika memanyunkan bibir seperti itu,” ucap Jonghyun sambil melirik sekilas ke arah Yoona.

“Kau ini—ah, sudahlah!” dengus Yoona kesal.

Jonghyun terkekeh melihat Yoona yang merajuk dan tidak mau menatapnya sepanjang sisa perjalanan mereka. Gadis itu terus memandang keluar jendela dengan wajah ditekuk.

Lima belas menit kemudian, mereka sampai di parkiran sebuah gedung. Yoona yang masih merasa kesal segera turun dari mobil segera setelah Jonghyun memarkir mobilnya. Jonghyun sendiri bergegas turun dan mengejar Yoona yang berjalan mendahuluinya.

Jonghyun kemudian menarik tangan Yoona dan berbisik di telinga gadis itu. “Kau sangat cantik malam ini. Jadi jangan jauh-jauh dariku,” bisiknya.

Senyum langsung mengembang di wajah cantik Yoona yang sudah dipulas dengan make-up tipis itu. Yoona merasa beruntung karena lampu di parkiran itu sedikit remang sehingga Jonghyun tidak mungkin melihat rona merah muda yang mulai menjalari kedua pipinya.

“Akhirnya kau mengakuinya,” senyum Yoona yang balas menarik tangan Jonghyun dan kembali berjalan. “Kau juga tidak boleh jauh-jauh dariku. Aku juga tidak mau kau mencuri kesempatan dengan wanita lain.”

Di dalam gedung yang menjadi tempat berlangsungnya acara reuni tampak sudah dipenuhi dengan banyak orang. Setelah mengisi buku tamu, Yoona berjalan masuk berdampingan dengan Jonghyun. Tangan kanannya terus merangkul lengan kiri laki-laki itu sembari berjalan.

Yoona menarik Jonghyun kesana-kemari setiap kali ia melihat teman-teman lamanya. Yoona sama sekali tidak tampak lelah berjalan hampir mengelilingi ruangan berukuran besar itu. Jonghyun sendiri sebenarnya sudah merasa lelah, namun ia tetap mengikuti Yoona dengan sabar.

“Di sebelah sana!” Entah untuk yang keberapa kalinya Yoona menarik Jonghyun ke salah satu sudut ruangan. Jonghyun melihat dua orang gadis berdiri di tempat yang dituju oleh Yoona. Salah satu gadis itu berambut hitam dan seorang lagi berambut pirang.

“Yoona-ya!”

“Yuri-ya! Sica-ya!” Yoona memeluk kedua sahabat masa SMA-nya, Kwon Yuri dan Jung Jessica.

“Kalian tidak mengabariku kalau kalian akan datang!” protes Yoona. “Kita kan sudah lama sekali tidak bertemu. Sudah lebih dari tiga tahun kan?”

Dua sahabat Yoona, Yuri dan Jessica, sama-sama melanjutkan studi di luar negeri. Yuri pergi ke Amerika untuk kuliah bisnis dan menetap disana sampai sekarang. Sementara itu Jessica yang seorang model pergi ke Paris dan merintis karir di negeri menara Eiffel itu. Walaupun terpisah benua, namun mereka bertiga sebisa mungkin masih saling berkomunikasi dan menjaga hubungan persahabatan mereka.

Mianhae. Aku juga tadinya mengira tidak akan bisa datang ke acara ini, tetapi ternyata kebetulan aku juga memiliki urusan di Korea, jadi aku tetap harus kembali kesini,” jelas Yuri yang berambut hitam.

“Yuri mengabariku bahwa dia akan kembali ke Korea, jadi kami memutuskan untuk mengejutkanmu dengan muncul tanpa pemberitahuan,” tambah gadis berambut pirang yang bernama Jessica sambil tertawa.

“Tepat sekali kalian pulang sekarang. Aku ingin mengenalkan kalian pada seseorang,” kata Yoona sambil menarik Jonghyun mendekat. “Ini Lee Jonghyun.”

“Ah, dia calon suamimu yang sering kau ceritakan itu kan?” tanya Yuri sambil mengulurkan tangannya pada Jonghyun. “Senang bisa bertemu denganmu. Namaku Kwon Yuri. Aku sahabat Yoona sejak SMA.”

“Aku juga sahabat Yoona. Namaku Jung Jessica. Senang akhirnya bisa bertemu denganmu.” Jessica juga ikut menjabat tangan Jonghyun.

“Yoona sering bercerita padaku tentang kalian berdua,” kata Jonghyun menyalami Yuri dan Jessica satu persatu sambil tersenyum.

Jonghyun memperhatikan Yoona yang langsung mengobrol seru dengan kedua sahabatnya. Entah mengapa, sesekali Jonghyun mendapati Yuri dan Jessica sedang menatapnya dengan tatapan aneh. Apakah itu tatapan heran ataukah justru tatapan iba?

Jonghyun yang tidak terbiasa berada ditengah keramaian mulai merasa pusing. Akhirnya ia memutuskan untuk menyepi sesaat di kamar mandi. Setelah meminta ijin pada Yoona, ia pun bergegas pergi mencari kamar mandi terdekat.

Yuri dan Jessica memperhatikan Jonghyun yang sudah melangkah menjauh. Dua gadis yang sekarang menetap di luar negeri itu kemudian kembali menghadap Yoona dan menatapnya serius.

“Yoona-ya.” Jessica memotong Yoona yang belum berhenti membicarakan masa lalu mereka.

Ne?” Yoona menatap Jessica dengan kedua alis terangkat.

“Bicara soal masa lalu kita—“ Jessica tampak agak bimbang untuk melanjutkan. “Ada yang ingin kusampaikan padamu. Entah kau sudah mengetahuinya atau belum—“

“Ada apa?” Yoona mulai tidak sabar pada Jessica yang terus menggantung kalimatnya.

“Apa kau sudah tahu kalau Kyuhyun sudah kembali ke Korea?”

Yoona terpaku begitu mendengar nama yang baru saja disebut oleh Jessica. Nama itu berhasil mengembalikan kenangan-kenangan yang sudah lama dikubur oleh Yoona.

“Cho Kyuhyun?” tanya Yoona pelan.

“Memangnya ada berapa Kyuhyun yang kau kenal?” Yuri balas bertanya. Jessica langsung menatap Yuri dengan tatapan menegur sambil mengerling ke arah Yoona yang masih tampak gamang.

“Salah satu alasanku kembali ke Korea adalah karena aku mendapat tawaran casting oleh salah satu perusahaan agensi terbesar di sini. Ketika aku pergi ke gedung agensi itu, aku justru bertemu dengan Kyuhyun. Rupanya dia sudah kembali ke Korea dan akan segera debut sebagai seorang penyanyi,” jelas Jessica.

Yoona masih tetap diam bahkan setelah Jessica menyelesaikan ceritanya. Dadanya terkadang masih terasa sesak jika mengingat sebuah kisah di masa lalunya, tepatnya pada masa SMA-nya dulu.

Cho Kyuhyun dulunya adalah teman masa kecil sekaligus seorang laki-laki yang disukai oleh Yoona. Awalnya Yoona hanya menganggap laki-laki itu sebagai teman masa kecilnya, namun rupanya perasaan itu mulai berkembang. Yoona menyadari bahwa dia menyukai Kyuhyun ketika mereka duduk di bangku kelas satu SMA. Saat itu Yoona tidak mau terlalu banyak berharap kalau Kyuhyun akan membalas perasaannya. Kyuhyun adalah salah satu siswa populer di SMA mereka saat itu, jadi tentu saja banyak gadis cantik lain yang mengelilinginya.

Sayangnya, ketika Yoona akhirnya mengumpulkan keberanian dan memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya di hari kelulusan mereka, Kyuhyun justru membawa kabar bahwa dia akan pindah ke Amerika. Kedua orangtua Kyuhyun memutuskan untuk pindah ke Amerika dan secara otomatis Kyuhyun juga harus ikut pindah. Dengan berangkatnya Kyuhyun ke negeri paman Sam itu, putus jugalah komunikasi antara Kyuhyun dan Yoona. Yoona tidak pernah memiliki kesempatan untuk mengutarakan perasaannya pada Kyuhyun.

“Lalu? Apa hubungannya denganku?” Yoona mencoba untuk tidak peduli walaupun mau tidak mau, ia harus mengakui bahwa hatinya sedikit bergetar mendengar kabar itu.

“Kami hanya berpikir kalau kau perlu tahu akan hal itu,” kata Yuri sambil mengangkat bahunya. “Siapa tahu ada sesuatu yang ingin kau katakan padanya. Kalian sudah tidak pernah berhubungan lagi sejak ia pindah kan?”

“Tidak ada yang ingin kukatakan padanya, Yuri-ya,” tukas Yoona. “Aku sudah tidak memiliki perasaan apa-apa lagi padanya.”

“Yoona-ya, aku senang kalau kau sudah menemukan pengganti Kyuhyun. Jonghyun juga sepertinya adalah orang yang baik. Tetapi—“ lagi-lagi Jessica menggantung kalimatnya. “apakah kau pernah berpikir bahwa Jonghyun mirip dengan Kyuhyun?”

“Jadi kau menyadarinya juga?” Yuri sontak menoleh ke arah Jessica. “Ketika aku pertama melihatnya, aku merasa kaget. Kupikir Yoona sedang bersama dengan Kyuhyun.”

Yoona memandang kedua sahabatnya secara bergantian. Ia tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya. Jonghyun berhasil membuatnya melupakan Kyuhyun, jadi ia tidak pernah lagi memikirkan laki-laki itu selama ada Jonghyun disampingnya. Namun sekarang ketika dua sahabatnya berkata demikian, mau tidak mau Yoona memikirkan kedua laki-laki itu. Dan Yoona sedikit merutuki dirinya sendiri ketika menyadari bahwa memang Jonghyun dan Kyuhyun sangat mirip secara fisik.

“Oh ya, Kyuhyun juga datang ke acara reuni ini.” Ucapan Yuri membuyarkan lamunan Yoona. “Dan ia sedang berjalan kemari sekarang.”

.
To be Continued
.
A/N: Gimana ceritanya? Membosankankah? Mian ya kalo ceritanya terlalu umum atau datar, tapi aku pingin banget bikin cerita ini. Oya, cerita ini bakal terdiri dari 3 part, jadi masih ada dua part lagi sampai selesai. Awalnya cuman mau dijadiin oneshoot, tapi ternyata jadi terlalu panjang untuk bisa disebut oneshoot.
Please leave your comment :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Visitors